Padang, Gatra.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjend TNI Doni Monardo merasa kecewa dan menyayangkan upaya pemerintah daerah dan masyarakat Sumatra Barat (Sumbar), karena dianggap tidak mampu menjaga puluhan ribu bibit pohon bantuan BNPB yang ditanam di sepanjang pesisir pantai daerah itu.
Kekecewaan Doni tersebut terungkap saat Rapat Koordinasi Membangun Kesadaran Masyarakat secara Kolektif dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir dan Banjir Bandang, di Padang, Senin (23/12).
Padahal, lanjut Doni, BNPB ingin Sumbar bisa menjadi contoh dalam menjaga lingkungan dan penanganan bencana.
“Puluhan ribu bibit pohon dikirim kemari (Sumbar) untuk hutan pantai. Saya lihat kembali, bibit itu tidak ditemukan lagi. Padahal, sudah ada kesepakatan kesanggupan masyarakat Nagari di pantai untuk merawatnya,” ungkap Doni di hadapan petinggi pejabat Sumbar.
Doni mengingatkan potensi ancaman gempa dan tsunami di Sumbar, sesuai pakar gempa memberikan sinyal rentang waktunya makin mendekati, khususnya di segmen Mentawai.
“Membangun system peringatan dini dan membuat hutan pantai merupakan upaya mitigasi yang bisa dilakukan menghadapi gempa dan tsunami itu,” kata Doni.
Doni menuturkan, selain penanaman bibit pohon di sepanjang pesisir pantai, BNPB juga membantu bibit pohon untuk ditanam di belakang Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
“Tapi sayangnya, penanaman bibit pohon tidak bisa dilakukan, dikarenakan masih banyaknya kawasan pantai yang dimanfaatkan untuk tambak udang,” ujarnya.
Pengakuan lulusan Akademi Militer (Akmil)1985 itu, semuanya dilakukan BNPB, apalagi jabatan-jabatan penting di BNPB banyak dipegang oleh orang Minang. Dengan alasan itu pula, menekankan pentingnya membangun kesadaran kolektif seluruh pihak dalam upaya mitigasi bencana di Sumbar.
“Saya berharap upaya mitigasi ini menjadi perhatian khusus, sehingga wilayah pesisir pantai bisa dilindungi. Jika Sumbar tidak mampu menjadi contoh, ini jelas memalukan orang-orang Minang di BNPB,” tegasnya.
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno tidak memungkiri besarnya perhatian BNPB terhadap Ranah Minang. Apalagi, Sumbar sering terjadi gempa dengan skala di bawah 5 SR. Seringnya gempa itu berdampak pada tanah di pegunungan dan perbukitan yang banyak pasirnya menjadi labil, sehingga terjadi longsor.