Hong Kong, Gatra.com - Polisi anti huru hara Hong Kong menembakkan gas air mata ke ribuan demonstran. Tampak banyak demonstran yang memakai topeng. Bentrokan terjadi di pusat perbelanjaan dan di kawasan wisata ketika demonstrasi pro-demokrasi bentrok dengan petugas saat perayaan Malam Natal, Selasa (24/12).
Para pengunjuk rasa yang berada di dalam mal melemparkan payung dan benda-benda lainnya ke arah polisi. Polisi merespon tindakan tersebut dengan memukuli para demonstran dengan tongkat. Satu aparat dilaporkan sempat mengarahkan pistol kepada kerumuman meski tidak menembakkannya.
Beberapa demonstran menduduki jalan serta memblokade lalu lintas di luar mal dan hotel-hotel mewah di dekat kawasan wisata Tsim Sha Tsui di Kowloon.
Dilansir Reuters, tampak seorang pria dalam siaran stasiun televisi RTHK jatuh dari lantai dua ke lantai pertama sebuah mal di daerah pedesaan Yuen Long, ketika berusaha untuk menghindari polisi. Saat dibawa oleh tim medis, dia masih dalam kondisi sadar.
Polisi menjaga ketat kawasan Tsim Sha Sui. Terdapat ratusan petugas siaga di jalanan ketika ribuan orang sedang belanja, termasuk para turis, beberapa tampak mengenakan topi Santa. Selain itu meriam air dan beberapa kendaraan Jeep lapis baja juga disiagakan.
Lusinan demonstran juga mulai memunguti batu dari jalan dan membentuk barikada saat polisi mengeluarkan peringatan. Polisi menyatakan bawah mereka akan mengerahkan kekuatan minimum untuk membubarkan massa dan menangkap orang yang dianggap menjadi perusuh.
Puluhan orang dengan pakaian hitam dan bertopeng meneriakkan slogan-slogan seperti "Bangkit Hong Kong, revolusi di zaman kita," dan "Hong Kong Merdeka" ketika mereka mengelilingi mal-mal di kawasan tersebut
“Banyak orang berbelanja dan ini kesempatan yang baik untuk menyebarkan pesan dan memberi tahu orang-orang tentang apa yang kami perjuangkan,” kata Ken, seorang siswa berusia 18 tahun.
"Kami berjuang untuk kebebasan, kami berjuang untuk masa depan kami," tambahnya.
Aksi protes di Hong Kong sendiri telah berlangsung selama tujuh bulan. Skala aksi dan intensitas bentrokan sebelumnya sempat menurun.
Meski, aksi damai yang digelar pada bulan ini masih diikuti sekitar 800 ribu orang. Menurut penyelenggara aksi, hal itu menunjukkan masih adanya dukungan kuat untuk gerakan tersebut.