Mentawai, Gatra.com - Pembangunan Bandara Rokot, di Desa Matobe, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar) butuh penambahan lahan 800 meter. Terkait lahan ini, masyarakat setempat diminta bisa bekerja sama untuk pembebasan lahan itu.
Menurut Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, landasan pacu bandara ini butuh 1.600 meter. Tahun 2020 sudah dimulai pemeratan lahan, dan 2021 untuk pengerjaan fisik selesai. Namun apabila permasalahan lahan pembangunan Bandara Rokot ini tidak selesai tahun ini, anggaran untuk pembangunan akan dipindahkan ke daerah lain.
"Setelah pekerjaan fisik, 2021 Bandara Rokot keseluruhan selesai, dan 2023 sudah bisa beroperasi. Kalau tahun ini soal lahan belum selesai, informasinya dipindahkan untuk pembangunan bandara di Fak-Fak, Papua Barat," kata Nasrul Abit, Minggu (22/12).
Dengan demikian, Nasrul meminta kerja sama seluruh stakeholder dan masyarakat setempat. Apabila landasan pacu Bandara Rokot bisa selesai, nantinya pesawat dengan jumlah penumpang 80 orang bisa mendarat langsung di kepulauan itu. Penumpang berasal dari Batam, Bengkulu, Sibolga, Padang, Jambi, dan Pekanbaru.
Menurut mantan Bupati Pesisir Selatan dua periode itu, jika pembangunan Bandara Rokot ini terwujud, akan berdampak pertumbuhan ekonomi, dan tenaga kerja akan bertambah banyak dengan tetap memprioritaskan putra daerah. Dengan alasan itu anggaran yang diberikan oleh pusat harus bisa dimanfaatkan, sebab susah mendapatkannya kembali.
Deputi Bidang Infrastruktur Kemenko Maritim, Ridwan Djamaluddin mengatakan, pembangunan Bandara Rokot ini akan akan mempermudah wisatawan masuk ke daerah Kabupaten Mentawai. Tentu akan menjadikan Tanah Sikerei itu sebagai tujuan wisata kelas dunia nantinya.
"Dari pendapat praktisi pariwisata, kunci paling penting dalam membangun wisata di Mentawai ini, yakni bandara yang lebih baik. Jadi dengan ini akan hadir terobosan penting dan sangat bermanfaat," tuturnya.
Pembangunan Bandara Rokot ini bentuk perhatian pemerintah pusat. Terutama pemerataan pembangunan bagi daerah tertinggal dan kepulauan seperti Mentawai. Perluasan bandara ini setidaknya menggelontorkan anggaran Rp530 miliar. Tahun 2020 nanti anggaran Rp130 miliar sudah dialokasikan untuk pematangan lahan.
Pembangunan infrastruktur besar bukan hanya dibangun di pulau-pulau besar, tapi juga di pulau-pulau kecil. Anggaran perluasan lahan ini, bersumber dari Kementerian Perhubungan, jelas Koyo Suranto selaku Kasubsi Bandara Rokot hadir meninjau lokasi bandara.
Sementara Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet, mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi Sumbar, atas perhatian yang sangat besar kepada Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pihaknya meyakini, apabila pembangunan ini berhasil menguntungkan masyarakat Mentawai.
Dengan alasan itu, ia juga mengajak mengajak untuk bersama-sama menyelasaikan permasalahan pembangunan Bandara Rokot ini. Setelah tahun 2022 atau 2023 bandara ini selesai, dan Trans Mentawai selesai, pihaknya sangat yakni Kabupaten Kepulauan Mentawai bisa keluar dari daerah tertinggal.