London, Gatra.com - Ratu Elizabeth menginginkan adanya rekonsiliasi atau perbaikan keadaan, setelah kurang lebih selama satu tahun lamanya Inggris diterpa oleh isu brexit. Hal itu disampaikannya dalam pesan Natal, yang dirilis oleh Istana Buckingham, Inggris, Selasa (24/12).
Menurut Ratu Elizabeth, proses brexit yang berliku dan tak kunjung usai semakin memperburuk perpecahan di Inggris. Oleh karena itu, di momen Natal ini, Ratu Elizabeth ingin ada rekonsiliasi, sehingga keadaan yang harmonis dapat tercipta kembali.
Pesan Natal tersebut disampaikan oleh penguasa Inggris yang berusia 93 tahun itu, bersamaan dengan peringatan 75 tahun Perang Dunia ke II.
Ucapan itu sekaligus memperingati pertempuran ke-75 pertempuran dengan semangat rekonsiliasi yang sesungguhnya.
"Mereka sebelumnya adalah musuh bebuyutan. Datang bersama dalam peringatan persahabatan di kedua sisi Selat, menempatkan perbedaan di masa lalu dibelakang mereka," katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (24/12).
"Dengan bersedia menempatkan perbedaan masa lalu di belakang kami dan bergerak maju bersama, kami menghormati kebebasan dan demokrasi yang pernah dimenangkan bagi kami. Terutama melalui biaya yang sangat mahal," imbuh Ratu Elizabeth.
Sementara itu, mengenai rekonsiliasi, ibu dari Pangeran Charles itu berbicara mengenai langkah ke depan. Khususnya, untuk mengembalikan keadaan Inggris menjadi harmonis kembali.
"Bagaimana langkah-langkah kecil yang diambil dalam iman dan harapan. [Hal ini agar] dapat mengatasi perbedaan yang telah lama dipegang dan perpecahan yang mendalam untuk menghadirkan harmoni dan pengertian," ujar dia.
"Jalannya, tentu saja, tidak selalu mulus, dan mungkin pada waktu tahun ini terasa sangat bergelombang, tetapi langkah-langkah kecil dapat membuat dunia berbeda," ujar Ratu Elizabeth menambahkan.
Sementara itu, divisi regional dan politik Inggris telah memburuk dalam beberapa waktu terakhir, sejak mereka memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
Meski begitu, dengan kemenangan mutlak Perdana Menteri Konservatif, Boris Johnson bulan ini memungkinkannya untuk akhirnya memenangkan persetujuan untuk perjanjian Brexit di parlemen. Namun, ia juga membangkitkan kembali seruan di utara perbatasan untuk referendum lain mengenai kemerdekaan Skotlandia.