Kudus, Gatra.com - Transaksi nilai ekspor barang di Kabupaten Kudus setiap tahun terus mengalami peningkatan, bahkan tahun ini mencapai 100% lebih. Peningkatan ini dilatarbelakangi tumbuhnya perusahaan baru di Kota Kretek.
Kasi Fasilitasi Perdagangan, Dinas Perdagangan Kudus Teddy Hendrawan mengatakan, data nilai ekspor Year over Year (YoY) dapat dilihat, jika nilai ekspor pada tahun 2017 hanya di angkar Rp1,3 triliun.
"Sementara pada tahun 2018, nilai ekspor mencapai Rp1,4 miliar. Sedangkan tahun 2019 ini, pada triwulan ke tiga saja nilainya sudah mencapai Rp3,3 triliun atau mengalami peningkatan hingga 100 persen lebih," ujarnya, Senin (23/12).
Tingginya transaksi nilai ekspor ini di luar ekspektasi, lanjutnya, lantaran trend ekspor nampak lesu pada awal tahun. Namun perlahan melejit naik di triwulan ke dua, hingga triwulan ke empat ini.
"Nilai ekspor ini dipicu hadirnya sejumlah perusahaan baru, seperti perusahaan pengekspor gula kelapa organik, brikate arang batok kayu, furniture kayu, kopi, beras merah dan hitam," ujarTeddy.
Selain itu, penerapan regulasi baru dari Bea Cukai tentang Kemudahan Impor Tujuan Ekpor (KITE) yang dirilis tahun ini, juga menjadi salah satu pendongkrak naiknya nilai ekspor di Kabupaten Kudus.
"Untuk transaksi nilai ekspor tertinggi, masih di dominasi sejumlah produk lama, misalnya produk rokok, kertas, bahan baku industri olahan tembakau dan kayu," ucapnya.
Ditambahkan, banyak produk-produk ekspor dari Kudus yang bahan bakunya bukan berasal dari kekayaan alam lokal, tetapi dari produk luar.
Sebut saja, perusahaan furniture yang mengimbpor bahan mentah dari luar negeri, atau perusahaan seafood yang mengambil bahan baku dari Kabupaten sekitar.
"Bahan bakunya, mereka datangkan dari luar, lalu diolah di sini. Untuk kemudian di ekspor ke luar negeri," ujar Teddy.