Beijing, Gatra.com - Ancaman Korea Utara atas batas waktu perundingan denuklirisasi dengan Amerika Serikat (AS) tampaknya membuat beberapa negara Asia tertekan.
Korea Selatan, dan Jepang akan menemui Cina secara terpisah hari ini, Senin (23/12). Meski ada banyak masalah ekonomi yang akan dibahas seputar konflik Korea Utara dan AS diperkirakan akan mendominasi pembahasan dalam pertemuan tersebut.
"Menjaga stabilitas dan perdamaian Semenanjung Korea dan mendorong solusi politik untuk masalah Semenanjung Korea adalah untuk kepentingan Cina, Jepang dan Korea Selatan," kata Wakil Menteri Luar Negeri Cina Luo Zhaohui, dikutip dari Reuters, Senin (23/12).
Cina dan Rusia sebelumnya mengusulkan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mencabut beberapa sanksi AS untuk meredakan konflik Washington dan Pyongyang. Namun, tak dapat dipastikan Cina mampu meyakinkan Korea Selatan dan Jepang untuk mendesak Dewan Keamanan PBB mencabut sanksi tersebut.
Meskipun Korea Selatan melihat Cina sebagai instrumen yang dapat menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi, Seoul enggan menanggapi pencabutan sanksi AS terhadap Korea Utara. Jepang yang secara historis menjadi pendukung kuat sanksi yang diterima Korea Utara masih menahan diri untuk tidak mengomentari hal tersebut.
"Dengan Olimpiade (Tokyo 2020) yang akan datang, Korea Utara akan menjadi masalah bagi Jepang. Namun, pembicaraan bilateral dengan Korea Utara, misalnya, mungkin akan menjadi pendekatan yang lebih baik bagi Jepang daripada mengurangi sanksi PBB," kata profesor dari Institut Pascasarjana Nasional untuk Studi Kebijakan Jepang, Narushige Michishita.
Diketahui, Korea Utara semakin frustrasi karena sanksi ekonomi yang ditetapkan AS tak kunjung dicabut. Pyongyang kemudian menetapkan batas waktu 31 Desember bagi Washington untuk membuat konsesi, tetapi Washington tidak bergerak. Korea Utara diperkirakan telah siap menguji peluncuran senjata nuklir dan mengakhiri perjanjian denuklirisasi yang disepakati Kim Jong Un dan Donald Trump pada 2018.