Palembang, Gatra.com – Setelah konflik harimau sumatera yang terjadi di tiga lokasi di Sumatera Selatan (Sumsel), Gubernur Herman Deru menginginkan masyarakat menjaga habitat hewan yang terancam punah tersebut.
Harapan ini disampaikannya saat memimpin Rapat Kordinasi (Rakor) terkait penanganan konflik harimau sumatera yang berlangsung di rumah dinas Walikota Pagaralam, Kamis (19/12) lalu.
“Masyarakat tidak perlu takut yang berlebihan, tetaplah beraktivitas seperti biasa dan tetap waspada. Kita akan gelar funbike sebagai kampanye bahwa Sumsel sangat aman dikunjungi,” ujarnya.
Deru pun menegaskan hubungan dasar antara manusia dengan alam merupakan keterkaitan yang erat. Warga yang bermukim di kawasan yang merupakan bagian dari alam dan sejumlah mahluk hidup lainnya hendaknya juga saling memahami,
“Masyarakat Pagar Alam ini sahabat harimau, harimau tidak akan menyerang jika habitatnya tidak terganggu. Karena itu, masyarakat saya minta jangan sekali-kali mengganggu habitat harimau. Demikian juga dengan perusahaan, jika ada perusahaan yang merusak hutan atau alam saya akan berikan teguran langsung,” ucapnya.
Pemprov Sumsel telah berkordinasi dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), atas kejadian konflik harimau ini. Dikatakan Gubernur Deru, ia pun telah bertanya langsung kepada warga yang bermukim di sekitar hutan dan memperoleh kepastian bahwa sebenarnya warga juga tidak merasa resah atas konflik harimau tersebut.
“Pengakuan warga, tidak ada masyarakat kota Pagar Alam yang diserang, mereka tidak resah dan masalah ini sudah saya sampaikan ke bu Menteri KLHK,” pungkasnya.
Dalam rakor yang dihadiri juga oleh Kapolda Sumsel Irjen Pol Priyo Widyanto, Pangdam II Sriwijaya Mayor Jendral TNI Irwan, Anggota DPRD Provinsi Sumsel H Alfrenzi Panggarbesi, Rudi Hartono, Aswari Rifai, David Hardianto, Walikota Pagaralam Alpian Maskoni, Wakil Walikota Muhammad Fadli, Bupati Lahat Cik Ujang dan Wakil Bupati Lahat H Haryanto.
Sementara itu Ketua Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Genman Suhefti Hasibuan memaparkan jika di Indonesia, terdapat tiga jenis harimau dan dua jenisnya sudah berada di level punah dan masih menyisahkan harimau sumatera. BKSDA melakukan sejumlah langkah kordinasi dan sosialisasi agar masyarakat tetap melindungi keberadaan satwa liar.
“Kami juga laporkan hingga saat ini sudah ada lima orang yang menjadi korban, tiga meninggal dunia dan dua orang lagi luka-luka yang cukup serius. Semuanya penyerangan terjadi di kawasan hutan lindung yang merupakan habitat harimau tersebut dan saat ini, BKSDA terus melakukan pemantuan,” ungkapnya.
Sementara Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jendral TNI Irwan meminta warga untuk tidak mendekati apalagi mengganggu habitat harimau, dan tetap waspada serta melaporkan kepada aparat jika melibat keberadaannya. Selain itu, masyarakat juga tidak boleh menganggu rantai makanannya dengan aktivitas perburuan yang malah berujung konflik kepada manusia.
"Jika sumber makannya cukup dan habitatnya tidak terganggu, harimau sumatera tidak akan mengganggu manusia,” ujar Mayjen Irwan.