Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan alasan Indonesia tetap ngotot untuk memperbanyak ekspor otomotif di tahun 2024. Terlebih, saat ini kondisi pasar otomotif di dunia tengah lesu karena perang dagang dan tren penurunan kepemilikan kendaraan pribadi.
Menurutnya, Indonesia bisa tetap optimis mencapai target ekspor 1 juta unit kendaraan di tahun 2024 karena pemerintah memutuskan untuk mengekspor kendaraan dengan harga terjangkau dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat, salah satunya pickup.
"Itu yang affordable bisa dibeli masyarakat, sehingga bisa dapat respons positif salah satunya adalah pickup di mana, demand-nya besar," ujar dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (20/12).
Airlangga menambahkan, untuk ekspor, Indonesia menargetkan 80 negara sebagai target pasar dengan harga US$10 ribu- US$20 ribu, mulai dari negara berkembang hingga negara maju. Beberapa di antaranya adalah Filipina, Thailand, Arab Saudi, hingga Australia.
"Ini bukan otomotif mewah, sehingga daya beli masyarakat global masih kuat terutama di ASEAN, Timur Tengah, plus beberapa ke Amerika Latin karena industri otomotif di Australia sudah tutup di semua kota. Sekarang kita incar juga karena pasarnya mirip dengan Filipina," imbuh dia.
Meski begitu, Ketua Umum Partai Golkar itu mengaku, ada tantangan dari beberapa negara seperti Vietnam dan Malaysia. Sebab, kedua negara tersebut dinilai mempersulit ekspor dalam negeri karena meminta barang terurai atau dalam bentuk cbu sebagai produk impor mereka.
Hal itu lah, yang menurut Airlangga dapat menghambat ekspor Indonesia ke negara tersebut. "Ada tantangan di Vietnam karena akan mempersulit ekspor, (mereka meminta ekspor) dalam bentuk CBU. Karena mereka mau Indonesia bikin pabrik di sana dan impornya terurai," imbuh dia.
Namun, terlepas dari hal tersebut, Airlangga yakin, Indonesia dapat terus meningkatkan ekspor otomotif dari tahun ke tahun. Terlebih saat ini Indonesia sudah dapat memproduksi baja, komponen kaca dan plastik sendiri. Sehingga tidak perlu lagi impor barang-barang tersebut.