Jakarta, Gatra.com - Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) ternyata tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Bahkan, hipertensi yang ada di usia dewasa bisa saja akumulasi penyakit sejak usia muda.
Berdasarkan data nasional dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 memperlihatkan, angka hipertensi pada remaja usia 15-18 tahun sebesar 18,9%.
Guru Besar di Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Partini Pudjiastuti Trihono, SpA(K), MM(Paed) menunjukkan, ada beberapa pemicu anak-anak dan remaja berisiko terhadap hipertensi, salah satunya terlalu banyak mengonsumsi micin (fetsin).
"Micin itu kan mengandung garam. Kalau berlebihan ya bisa menyebabkan hipertensi. Kandungan micin yang tinggi biasanya dari mie instan dan hasil riset riskesdasnya mencapai 75%, artinya itu kan 8 dari 10 orang," katanya usai pengukuhan guru besar di Aula IMERI FKUI, Jakarta Pusat, Rabu (18/12).
Apalagi, sambungnya, beberapa penelitian mengungkapkan efek dari ibu rumah tangga yang kecanduan menonton drama korea itu cenderung memberikan anak-anaknya mie instan yang mudah dibuat dan tidak lama prosesnya.
"Kalau kita konsumsi garam atau micin terlalu tinggi itu bisa meretensi air. Airnya tertahan, sehingga di dalam pembuluh darah kita itu relatif volume airnya lebih tinggi. Volume kan ekual dengan tekanan," jelas Prof. Partini.
Menurutnya, kandungan gula, garam dan lemak (GGL) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Maka, pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diharapkan dapat mengkaji ulang aturan dan standar GGL yang harus dikonsumsi oleh masyarakat, terutama anak-anak.
"Sebagai contoh ya, rasa mie instan di luar negeri itu beda sekali dengan di Indonesia karena mereka membatasi loh kadar natriumnya. Kalau kita kan enggak, justru semakin membuat adiksi. Proporsi kesehatan harus dilakukan secara berulang-ulang dan edukasi soal bahaya micin perlu dilakukan terus," terangnya.
Eskalasi masalah hipertensi pada anak dan remaja ini ditunjang dengan data yang menunjukkan tingginya perilaku berisiko hipertensi antara lain merokok, konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, serta obesitas. Tidak hanya itu, kelahiran bayi prematur dengan berat yang rendah juga merupakan faktor risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular.