Port-au-Prince, Gatra.com — Krisis politik dan ekonomi yang semakin dalam, membuat tekanan besar pada semua aspek perawatan medis di Haiti. Demikian pernyataan yang diungkapkan organisasi kemanusiaan medis internasional Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas, ketika mengumumkan pembukaan sebuah rumah sakit di Port-au-Prince untuk pasien dengan cedera traumatis.
Dibuka pada akhir November di daerah Tabarre di Port-au-Prince, rumah sakit ini khusus untuk merawat pasien dengan cedera yang mengancam jiwa, termasuk patah tulang terbuka dan luka tembak. Dalam lima hari pertama operasinya, rumah sakit menerima 21 pasien, sekitar setengahnya mengalami cedera akibat kekerasan.
"Kami menanggapi kebutuhan vital dengan pembukaan rumah sakit trauma darurat Tabarre, tetapi ini tidak akan cukup. Negara ini sedang mengalami krisis ekonomi dan politik yang parah, dan rumah sakit berjuang untuk tetap terbuka,” kata Direktur MSF di Haiti, Jane Coyne dalam keterangan yang diterima Gatra.com.
Baca Juga: 92 Hari Ambon Telah Diguncang 2.832 Kali Gempa Susulan
MSF awalnya membuka rumah sakit di Tabarre pada 2012 untuk memberikan perawatan darurat kepada orang-orang dengan cedera traumatis selama bertahun-tahun setelah gempa Haiti. Rumah sakit, bernama "Nap Kenbe," semakin mengurangi layanannya dalam beberapa tahun terakhir dan menerima pasien terakhir pada akhir 2018.
Ketika krisis ekonomi dan politik Haiti tumbuh sejak September 2019, MSF memutuskan inisiatif baru untuk merawat pasien dengan cedera yang mengancam jiwa, yang kini sulit ditangani oleh sistem medis Haiti. Bekerja di lokasi yang sama di Tabarre, rumah sakit MSF baru ini mempekerjakan 170 tenaga medis, termasuk delapan ahli bedah. Setelah dibuka dengan 25 tempat tidur, rumah sakit bersiap untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 50 tempat tidur.
Ketika masalah ekonomi dan ketegangan politik meningkat, fasilitas medis termasuk yang dioperasikan oleh MSF telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan pasien. Sejak September, jalan-jalan secara teratur diblokir oleh barikade yang terbuat dari ban yang terbakar, kabel dan bahkan dinding yang dibangun dalam semalam. Ini membuat ambulans sulit untuk bergerak serta bagi fasilitas medis menerima bahan bakar, oksigen, darah, obat-obatan dan persediaan lainnya.
Baca Juga: Hari Kedua Evakuasi Bus Sriwijaya, Korban Meninggal 35 Orang
Fasilitas medis MSF di Haiti melihat tingkat kebutuhan yang tinggi di tengah krisis saat ini. Sejauh ini pada 2019, pusat stabilisasi darurat MSF di daerah Martissant di Port-au-Prince telah menerima rata-rata 230 pasien per bulan dengan luka tembak, laserasi, atau cedera lain akibat kekerasan. Rumah sakit MSF di daerah Drouillard di Port-au-Prince mengalami puncak aktivitas pada September, ketika menerima total 141 pasien dengan luka bakar parah, terutama disebabkan oleh kecelakaan.
Ketidakamanan juga memengaruhi pekerja layanan kesehatan. Selama berbulan-bulan, layanan ambulans nasional Haiti telah mengalami insiden berulang yang mempengaruhi kemampuannya untuk menanggapi keadaan darurat medis.
"Berkat reputasi positif MSF di Haiti, kendaraan kami secara umum dihormati dan mampu melewati barikade. Namun, beberapa pusat kesehatan tempat kami merujuk pasien kami telah dijarah, dan beberapa kendaraan kami dilempari batu,” imbuh Koordinator MSF di kota Port-à-Piment, Ella Lambe.
Baca Juga: Gelombang Tinggi, Polres Cilacap Patroli Objek Wisata Pantai
Di daerah pedesaan seperti Port-à-Piment, di Haiti barat, tantangan yang lebih luas yang dihadapi sistem perawatan kesehatan Haiti sangat jelas. Sebuah pusat kesehatan lokal di mana MSF telah lama mendukung layanan kesehatan darurat dan ibu sekarang berjuang untuk merujuk pasien ke rumah sakit untuk perawatan tingkat yang lebih tinggi.
"Sebelumnya, kita bisa merujuk pasien ke fasilitas medis lain dalam satu jam untuk kebutuhan mendesak seperti operasi caesar. Sekarang dibutuhkan tiga hingga lima jam untuk mencapai rumah sakit yang bisa merawat mereka,” tambahnya.
Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat dan Populasi Haiti, MSF juga mendukung rumah sakit umum dengan berbagai cara. Ini termasuk merehabilitasi bagian dari ruang gawat darurat di Rumah Sakit Universitas Negeri Haiti, mengatur pelatihan untuk tenaga kesehatan, dan memberikan sumbangan obat-obatan dan pasokan penting seperti oksigen.