Gunungkidul, Gatra.com - Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi menyatakan warga Gunungkidul punya peran dalam melawanan tentara Sekutu di peristiwa Palagan Ambarawa. Perang Ambawara, Jawa Tengah, itu jadi ajang penting dalam menegakkan kedaulatan Republik Indonesia.
"Palagan Ambarawa tidak bisa lepas dari gerilya Panglima Soedirman yang rutenya melalui Gunungkidul," kata dia di sela acara peringatan Hari Juang di Lapangan Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Senin (16/12).
Menurutnya, saat Panglima Soedirman bergerilya melewati wilayah Gunungkidul, warga setempat turut membantu. Dengan bantuan ini, Soedirman dan para pejuang bisa menuju ke medan pertempuran di Ambarawa untuk melawan sekutu.
"Saat itu, tanpa dukungan masyarakat Gunungkidul untuk merebut kembali kedaulatan, mungkin kami tidak bisa berdiri tegak seperti saat ini. Kami sadar, tanpa masyarakat kami tidak bisa apa-apa," katanya.
Peringatan Hari Juang yang dipusatkan di Kabupaten Gunungkidul ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti bakti sosial, pengobatan gratis, sunatan massal, pembagian sembako, hingga penanaman pohon.
Kegiatan ini juga diselingi ajang otomotif oleh sejumlah komunitas trail dan off roader dengan rute Desa Bunder menuju Desa Patuk. "Tahun ini kegiatannya bakti sosial, pemeriksaan kesehatan. Kami ingin berbagi bersama masyaraka," kata Effendi.
Pangdam mengungkapkan momen ini sekaligus jadi sarana refleksi diri bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI). "Sebagai refleksi kami, introspeksi diri. TNI punya jati diri, kami adalah tentara rakyat, berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat," ucapnya.
Palagan Ambarawa merupakan pertempuran rakyat melawan tentara Sekutu di Ambarawa, Jawa Tengah pada 20 Oktober sampai 15 Desember 1945. Pejuang Indonesia dipimpin oleh Soedirman dan berhasil memukul mundur Sekutu.
Kemenangan atas pertempuran itu diabadikan di Monumen Palagan Ambarawa di Ambarawa. Selain itu, tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Juang Kartika.