Mataram, Gatra.com- Potensi dan kreativitas perajin di Nusa Tenggara Barat (NTB) diapresiasi melalui penganugerahan Dekranasda Award 2019. Ini merupakan ganjaran bagi para perajin dan designer berbakat asal NTB.
Penghargaan tersebut diserahkan kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTB oleh Gubernur NTB H Zulkieflimansyah pada malam anugerah Dekranasda Award 2019 di Lombok raya Hotel, Mataram, Minggu (15/12) malam.
Sekitar sembilan perancang dan pengrajin kriya unggulan serta desainer busana terbaik dari seluruh NTB. Mereka dianugerahi penghargaan dimaksud dan uang pembinaan jutaan rupiah.
Penghargaan tersebut diserahkan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah didampingi istri sekaligus ketua Dekranasda NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah dan Tim Juri
Pada acara bertajuk “Lombok Sumbawa Tenun Festival 2019” Gubernur NTB H Zulkieflimansyah menilai, perubahan menuju dunia modern harus mempertimbangkan simbol yang dekat dengan masyarakat. Tindakan ini agar mudah mengajak kepada perubahan.
Gubernur Zul mengatakan, ada beberapa aspek yang perlu menjadi pertimbangan dalam desain produk di antaranya kepedulian terhadap pelestarian lingkungan dan pemenuhan tanggung jawab sosial.
"Akan berdampak pada originalitas, inovasi, dan orientasi pada selera pasar. Ajang Dekranasda NTB Award akan membantu para pegiat kriya yang sudah ada. Untuk mampu menumbuhkan jiwa kompetisi mereka serta membuka peluang baru dalam industri tenun,” ujarnya.
Ia meyakini, dalam waktu singkat, NTB akan menjadi pusat industri fashion muslim dunia. Alasannya, kain tenun sebagai ikon yang dekat dengan masyarakat NTB.
"Hal tersebut guna membawa pesan perubahan menuju modern di masyarakat, tetapi tetap membawa desain menarik serta berbasis budaya dan kearifan lokal," tegasnya.
Ketua Dekranasda NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah mengungkapkan, Dekranasda NTB Award 2019, menjadi ajang penting guna memamerkan serta memperkenalkan hasil karya kriya unggulan dari pelosok daerah di NTB.
Ia menambahkan, penganugerahan tersebut merupakan pintu gerbang bagi beberapa karya pemenang dalam rangka melestarikan kekayaan budaya provinsi di NTB. Selain itu, untuk mendorong peningkatan kualitas produksi tenun dalam memasuki pasar global.
“Program mendorong peningkatan mutu dan desain produk kriya. Harus dimulai dengan pembinaan dan penguatan sumberdaya untuk industri ini. Sebelum malam anugerah Dekranasda NTB Award 2019 ini, telah dimulai dengan kegiatan inkubasi dan pelatihan bagi penenun, penjahit, dan desainer kain tenun,” ucap Niken.
Selain itu Dekranasda NTB juga menggelar Lomba Kriya dengan kategori kayu, logam, leramik dan material alam lainnya. Dalam lomba desain fashion kain tenun ini, selain menilai konsep juga orisinalitas motif dan kain serta kerapian jahitan. Tujuannya menghasilkan busana yang siap pakai (wearable) sebagai syarat produk industri agar dapat dipasarkan.
Maya Damayanti juri dalam lomba ini mengungkapkan, secara umum yang luar biasa dari festival tenun kali ini adalah hadirnya konsep desain milenial yang makin beragam dan siap pakai. Bahkan beberapa desainer seperti Bima berasal dari kaum milenial, sehingga dapat menangkap desain dan pasar.
Maya menambahkan, jumlah peserta yang mengirimkan karyanya, mencapai 105 desain terdiri dari busana kerja pria 11 desain, busana kerja wanita 17 desain, busana kasual pria 9 desain, busana kasual wanita 24 desain, busana malam pria 11 desain dan busana malam muslim wanita 33 desain.
Sedangkan perancang dan pengrajin yang ikut dalam lomba ini sebanyak 45 hasil kriya. Terdiri dari kelompok serat alam 12 karya, bahan kulit 1 karya, kelompok kayu-kayuan 8 karya, kelompok tekstil 6 karya, kelompok logam 17 karya dan kelompok material asli alami lain 1 karya.
Kelompok peraih penghargaan bidang kriya unggulan keramik berhasil disabet oleh, Arya Suharno, kelompok serat alam, Yong Ying Cing, dari binaan Lapas Perempuan Mataram, kelompok batu – batuan, diraih Jaelani, kelompok kayu – kayuan diraih Lalu Surya Sanjaya, kelompok textil, Rahma Wirnasari dan kelompok logam, diraih oleh Abdul Kahar, Serta kelompok material asli alami didapatkan oleh Mustiadi.
Sedangkan pada lomba perancang busana, Designer asal Kota Bima berhasil meraih juara I kategori busana casual pria dan Juara I Busana Malam Pria. Kedua desainer ini bernama Indo Suryati asal Kelurahan Oi Foo dan Mustaqim dari Kelurahan Nae.