Jakarta, Gatra.com – Pengelola jaringan IoT terbesar di dunia yang bermarkas di Perancis, Sigfox mempertegas komitmennya untuk memajukan perkembangan penggunaan Internet of Things (IoT) di Indonesia. Sigfox Indonesia kini memprakarsai program Sigfox Build yakni sebuah wadah bagi para pembuat atau produsen piranti sensor dan pengembang aplikasi.
Tujuan dari program Sigfox Build yakni membantu dalam mempersiapkan sumber daya manusia dan sektor industri tanah air dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Melalui program tersebut, Sigfox Indonesia akan menyediakan sumber daya yang lengkap mulai dari desain piranti dan aplikasi, pengembangan prototipe hingga pendampingan untuk mendapatkan sertifikasi produk dan pembekalan bisnis.
Pemantapan talenta lokal diperlukan untuk mewujudkan ekosistem IoT sesuai dengan proyeksi Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) dimana Indonesia akan membutuhkan sekitar 400 juta piranti IoT pada 2022 sejalan dengan regulasi yang diterbitkan oleh Kemenkominfo terkait LPWA (Low Power Wide Area Network).
CEO Sigfox Indonesia, Irfan Setiaputra menyebutkan pihaknya berkeinginan untuk mewujudkan sektor IoT di Indonesia dengan memanfaatkan bakat teknokrat lokal. “Program Sigfox Build didasari dengan besarnya potensi anak bangsa untuk mendukung implementasi IoT di Indonesia. Melalui program berkelanjutan ini, kami berupaya untuk mencari pengembang aplikasi dan piranti hingga ke pelosok daerah untuk menjadi bagian dari ekosistem IoT Sigfox,” kata Irfan dalam keterangan resmi yang diterima Gatra.com, Senin (16/12).
Sigfox akan memberikan pembekalan dalam proses pengembangan solusi IoT mulai dari proses awal perancangan hingga peluncuran dan pendampingan bisnis.” Peluang bisnis ini tak hanya mencakup kebutuhan pasar lokal saja, namun para developer yang tergabung dalam Sigfox Build juga memiliki peluang untuk masuk ke pasar piranti IoT global,” ujarnya.
Sebelumnya pada November lalu, Sigfox Global mengadakan acara tahunan bertajuk Sigfox Connect. Pameran bertema teknologi IoT itu mempertemukan berbagai pelaku industri global (rantai pasok, logistik, kimia, otomotif, teknologi komputer, utilitas) seperti DHL, Michellin, Qantas Airways dan LSM di bidang konservasi satwa langka yaitu WWF yang aktif menggunakan teknologi IoT untuk kegiatan operasionalnya dengan para pembuat piranti dan aplikasi.
Irfan mengatakan melalui Sigfox Connect, para developer dapat berpartisipasi untuk menampilkan produknya maupun memperluas jaringan bisnis dengan pelaku bisnis kelas dunia. Di kesempatan yang sama, CEO & Co-Founder Sigfox Global, Ludovic Le Moan mengatakan saat ini Sigfox telah menghubungkan lebih dari 16 juta perangkat IoT di 60 negara.
“Kami menargetkan untuk dapat menghubungkan 1 miliar piranti pada tahun 2023 sehubungan dengan komitmen Sigfox untuk terus membangun ekosistem IoT yang berkelanjutan di seluruh belahan dunia,” ujar Ludovic.
Dirinya menambahkan bahwa Sigfox telah bekerja sama dengan perusahaan Eutelsat untuk meluncurkan nano-satelit yang bertujuan untuk mengoptimalisasi konektivitas jaringan IoT di seluruh dunia agar dapat menjangkau area terpencil seperti daerah pedalaman atau perairan.
Wujud kolaborasi tersebut ditunjukkan dengan kerja sama Sigfox dengan perusahaan Nippon Gas dalam menghubungkan 850.000 meter gas di seluruh wilayah Jepang agar dapat dikontrol dengan teknologi nirkabel. Rancangan tersebut, terang Ludovic, terwujud dengan adanya kerja sama Sigfox dengan pembuat perangkat dan perusahaan jaringan cloud.
Irfan mengatakan upaya yang dilakukan pihaknya akan menjadi solusi terbaik dalam implementasi Smart City dan Smart Home. “Melalui program Sigfox Build, Sigfox Indonesia membuka kesempatan bagi pembuat perangkat sensor dan pengembang aplikasi untuk menggapai potensi pasar dan memaksimalkan penggunaan IoT di Indonesia,” tandasnya.