Jakarta, Gatra.com - Perwakilan dari KAPAL Perempuan Indonesia, Ulfa Kasim, memberikan tiga catatan untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem, tentang ketimpangan pendidikan yang mendera kaum perempuan meliputi: ketimpangan akses, konten, dan jenis pendidikan.
"Pertama, ketimpangan dalam hal akses pendidikan. kayaknya kita belum bergerak. Saya masih mencatat sebetulnya akses perempuan terhadap pendidikan masih timpang dibanding laki-laki," katanya dalam sebuah diskusi bertajuk, "Gerakan Perempuan Bicara Refleksi dan Proyeksi Agenda Politik Perempuan Indonesia" di kantor Sekretariat Nasional Solidaritas Perempuan, Jakarta Selatan, Jumat (13/12).
Ketimpangan akses pendidikan antara perempuan dan laki-laki terlihat dari angka rata-rata lama sekolah. Perempuan memiliki angka rata-rata lama sekolah 7,5 tahun sedangkan laki-laki 8,4 tahun.
Kemudian, ketimpangan konten pendidikan juga dibahas. Ulfa menjelaskan bahwa konten pendidikan khususnya pendidikan dasar masih menyuguhkan konten yang melangsungkan ketidakadilan gender.
"Kurikulum yang rata-rata untuk anak SD yang masih awal kelas satu atau kelas dua itu, juga masih ada konten-konten yang dia melanggengkan perbedaan. Anak perempuan, dia dipasangkan dengan identitas seperti pakaian dengan rok, warna pink," ujarnya.
Ketimpangan terakhir yakni terhadap jenis pendidikan. Menurut Ulfa, pendidikan nonformal belum mendapatkan perhatian dari pemerintah. Padahal, lanjutnya, pendidikan nonformal bisa menjadi wadah bagi perempuan yang putus sekolah untuk belajar, meskipun usianya telah melampaui usia sekolah formal.
"Saya kira ini tiga ketimpangan yang harusnya menjadi perhatian menteri baru kita yang mumpung kelihatannya progresif gitu ya," ujarnya.
Reporter: ARH