Jakarta, Gatra.com - Wakil Ketua Umum Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia, Yugi Prayanto menilai rumput laut harus diolah terlebih dahulu sebelum diekspor agar memiliki nilai tambahnya yang meningkat.
Yugi menyebut, selama ini rumput laut Indonesia diekspor secara mentah ke Korea dan Cina untuk diolah menjadi produk obat dan kosmetik. Indonesia pun jadi mengimpor produk-produk olahan tersebut.
"Nah, kendalanya rumput laut itu kalau untuk processing ke stage yang selanjutnya itu butuh dana lebih besar untuk investasi. Cuma untuk satu processing, itu saya konsultasi butuh dana itu sampai Rp 200 miliar," katanya di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (13/11).
Yugi mengaku pelaku usaha masih jarang yang terjun untuk berinvestasi di pengolahan rumput laut, karena membutuhkan investasi yang besar.
"Mereka yang ada dana untuk research dan teknologinya juga sudah terbukti. Jadi harapan kita mesti ada perbankan atau modal ventura ,yang bisa mendanai ini untuk nilai tambah," jelasnya.
Yugi mengungkapkan dari dana Rp5.000 triliun modal perbankan Indonesia, hanya tiga persennya yang dikucurkan ke sektor perikanan.
"Jadi menawarkan kepada pelaku usaha kalau ada yang mau investasi rumput laut dibantu. Bantunya macam-macan seperti kepastian pasokan, bagaimana caranya penyerap dan pembeli pasti banyak di luar," katanya.
Yugi menambahkan, salah satu olahan rumput laut yang potensi dikembangkan adalah ekstraksi senyawa karagen dari rumput laut. Selain itu, banyak produk turunan yang dihasilkam dari senyawa karagen ini.
"Bisa 10 kali lipat. Tapi memang sangat disayangkan belum ada (pengelolanya)," katanya.