Yogyakarta, Gatra.com – Untuk mengntisipasi keberadaan luweng atau goa bawah tanah di proyek jalur jalan lingkar selatan (JJLS) khususnya di Kelok 18, Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta menganggarkan Rp1 miliar untuk uji geolistrik. Anggaran ini sudah disetujui oleh DPRD DIY.
Ditemui di gedung DPRD DIY, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana menyatakan uji geolistrik merupakan prosedur tetap untuk pembangunan jalan. Langkah ini bakal diterapkan di proyek Kelok 18 JJLS agar jalur ini aman saat pembangunan dan setelah dioperasikan.
“Kami sudah setujui anggaran lebih dari Rp1 miliar untuk uji geolistrik di 2020. Menurut saya ini harus dilakukan karena protap,” ucapnya, Jumat (13/12).
Uji geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke tanah tersebut.
Dalam pembangunan JJLS ini, uji geolistrik diperlukan untuk melihat kemungkinan adanya luweng sehingga JJLS tidak berada di lokasi yang salah.
Menurut Huda, jika dibangun di lokasi yang memiliki luweng, konstruksi jalan dikhawatirkan rawan ambles. Uji geolistrik pun diterapkan di area yang dicurigai memiliki luweng. Jika ditemukan luweng, trase harus dipindah. Namun jika dinilai tidak terlalu rawan, trase itu harus diperkuat.
“Kalau ada suspect lubang di bawah tanah kan sangat berbahaya karena rawan ambles. Proses pengujian geolistrik akan ditentukan melalui lelang,” ujarnya.
Sekretaris Pemda DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta hasil uji geolistrik bisa dipertanggungjawabkan dan memuat rekomendasi. Hal ini agar Pemda DIY dan Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional (Satker PJN) bisa mengambil langkah tepat agar pembangunan proyek itu berkualitas.
“Kami memperkirakan pembangunan Kelok 18 akan menemui beberapa hal, salah satunya seperti pembebasan lahan. Kami akan bersama-sama mencari solusi itu,” ujarnya.
Project Officer Proyek Pembangunan Jalan Baru Jerukwudel-Baran-Duwet Satker PJN Juniar Perkasa menyatakan sepanjang pengerjaan JJLS ditemukan dua luweng di luar rute JJLS.
“Kami akan berkonsultasi dengan beberapa akademisi seperti UPN Veteran Yogyakarta guna meminta referensi terkait peta atau keberadaan luweng. Jika dirasa penting, ke depan akan dilakukan uji geolistrik,” katanya.
Juniar menerangkan setelah uji geolistrik untuk menemukan luweng dan luweng itu tidak bisa ditutup, maka trase akan digeser.
Kelok 18 adalah rute di JJLS yang menghubungkan Kecamatan Kretek, Bantul, dengan Kecamatan Girijati, Gunungkidul, sepanjang 4,7 kilometer. Ruas ini merupakan kelok pertama yang ditargetkan mulai dikerjakan tahun depan dengan anggaran Rp200 miliar.
Tahap pembangunan saat ini tengah mengkaji desain konstruksi kelok guna melihat kemungkinan ketinggian penyangga bisa diturunkan. Hal ini demi menghemat biaya tapi tetap mempertahankan kualitas. Review desain juga mempertimbangkan sisi keamanan karena proyek berada di lokasi yang tinggi.