Palembang, Gatra.com – Peristiwa serangan harimau terhadap petani di Sumsel, dinilai akibat makin rusaknya habitat rumah sang raja hutan tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito menginventaris dalam sebulan terakhir, terdapat lebih dari lima peristiwa yang bersinggungan dengan harimau sumatera yang mengakibatkan tiga orang warga meninggal dunia. Dari proses inventaris yang dilakukan diketahui peristiwa yang diduga kuat dilakukan oleh harimau sumatera berada di kawasan ruang hidup harimau, yakni di kawasan hutan lindung.
“Kami mendata terdapat lima warga yang menjadi korban, dua mengalami luka dan tiga meninggal dunia. Seluruh peristiwanya terjadi di kawasan hutan lindung yang merupakan rumah bagi harimau itu sendiri,” terang ia.
Dua korban luka mengalami serangan di kantong harimau di hutan lindung Bukit Dingin dan Bukit Jambul Gunung Patah sedangkan ketiga warga yang tewas masih berada di kawasan Bukit Jambul Gunung Patah.
“Warga yang diserang pertengahan November itu, Kuswanto diketahui tengah melakukan illegal loging (perambahan) di Pulau Panah, warga kedua, Yanto tengah merambah kopi di kebunnya yang juga masih kawasan hutan lindung,” terang ia.
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/461840/kebencanaan/-sebulan-tiga-petani-sumsel-tewas-diserang-harimau
Warga ketiga yang diserang harimau ialah warga yang berkebun di kawasan yang pernah menjadi kawasan hutan lindung namun dialihfungsikan menjadi kawasan pemukinan dan perkebunan.
“Kesimpulan kami (BKSDA), kawasan yang menjadi lokasi peristiwa serangan harimau ialah berada di kawasan ruang hidup (rumah),” ucapnya.
Sehingga upaya yang dilakukan BKSDA ialah terus mensosialisasikan kepada masyarakat guna menghentikan pengrusakan habitat kawasan rumah harimau, seperti pembukaan lahan saat musim kemarau sehingga mengakibatkan kebakaran lahan, pemburuan hewan yang mengakibatkan terganggunya rantai makanan dari harimau,
“Faktor penyebab jika dilihat dari pendekatan ekologis tentu saling berpengaruh ya, misalnya masyarakat kian merambah kawasan hutan lindung yang menjadi rumah harimau, misalnya pada musim kemarau lalu, membuka lahan. Aktivitas perburuan satwa seperti rusa, kambing hutan, kijang yang mempengaruhi cadangan (rantai) makanan sang harimau. Sebab lain juga bisa mempengaruhi,” terang ia.
Untuk saat ini, BKSDA memastikan jika peristiwa serangan masih berada di kawasan rumah sang harimau maka masyarakat hendaknya lebih waspada ketika berada di lokasi tersebut, dan jika serangan sudah di luar rumah harimau, maka perlu dilakukan evakuasi terhadap warga. “Upaya pencegahannya terus dilakukan, dan jika sudah terjadi di luar ruang lingkung harimau, maka masyarakat perlu dievakuasi lebih lanjut,” pungkasnya.