Padang, Gatra.com - Abrasi yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar) terjadi di kawasan wisata pantai. Kejadian ini merusak kawasan permukiman warga. Pernyataan tersebut dikemukakan Kepala Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) Kementerian Perikanan dan Kelautan, Nia Lailul Khasanah dalam pameran hasil identifikasi kerentanan dan inventarisasi di Aula Kantor Gubernur Sumbar.
Nia mengatakan, perusakan bibir pantai tidak hanya disebabkan abrasi. Namun, dapat terjadi karena sedimentasi dan perpindahan sedimen yang dipengaruhi arus di bawah perairan, serta adanya aktivitas tektonik aktif.
"Selain adanya arus laut, bibir pantai juga tidak ditanami vegetasi seperti mangrove dan cemara laut untuk penahan abrasi. Bahkan ditemui pembabatan terhadap pohon mangrove untuk tambak udang di beberapa area," ujar Nia di Padang, Selasa (10 /12).
Ia menyebutkan, pembabatan mangrove memperparah abrasi. Selain itu, material pantai hanya berupa pasir lepas tanpa batuan pengikat, sehingga saat arus gelombang datang bibir pantai langsung habis. Namun, nia enggan menyebutkan lokasi mana saja hutan mangrove yang mengalami pembabatan.
Sedangkan daerah yang terkena dampak abrasi di antaranya pantai Sambungo, Air Haji, Lakitan, Amping Parak dan Surantiah. Dia menyebutkan, abrasi dan sedimentasi tidak hanya terjadi di Pesisir Selatan saja. Kabupaten Agam, Pasaman Barat, Padangpariaman, dan Kota Padang juga terdampak hal yang sama.
Abrasi yang terjadi cukup mengancam permukiman warga di sekitar area Pesisir. Tidak hanya itu, abrasi juga memberikan ancaman terhadap kerusakan aspek fisik lainnya. Contohnya, banjir rob yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.
"Aktivitas abrasi mencapai 8,44 meter per tahun. Tingkat kerentanan Pesisir Selatan sangat tinggi, sebesar 1%, tinggi 6%, sedang 12%, rendah 40% dan sangat rendah 41%," ujarnya.
Kegiatan riset dilaksanakan pada 18-21 Juni 2019 dengan melibatkan dinas setempat. Kegiatan meliputi pemetaan dan identifikasi kerentanan serta potensi wilayah kawasan pesisir Kabupaten Selatan, pengambilan sampel sentimen dasar perairan, pengambilan sampel kualitas perairan serta pemasangan sediman trap dan pengukuran geolistrik.
"Tujuannya untuk mengetahui potensi serta kerentanan pesisir yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan yang ditinjau dari aspek hidro," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pantai dan Rawa, Balai Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Pesisir Selatan, Novi Irawan mengatakan, tujuh titik pantai yang terdampak abrasi di Pessel, kondisinya cukup parah. Bahkan, beberapa rumah yang berada sangat dekat dengan bibir pantai mengalami kerusakan di bagian tertentu.
"Gelombang tinggi yang menghantam bibir Pantai di Kampung Muara IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas telah merusak sebanyak 18 unit rumah warga," ujar Novi saat dihubungi, Kamis (31/10).