Home Milenial Mengkhawatirkan, Lahan Kritis DAS Batanghari 200 Hektar

Mengkhawatirkan, Lahan Kritis DAS Batanghari 200 Hektar

Jambi, Gatra.com – Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari semakin mengkhawatirkan. Daerah tangkapan air di DAS Batanghari dari tahun ke tahun yang makin kritis ini mencapai 200 ribu hektar atau setara dengan luasan satu Kabupaten di Provinsi Jambi.

Kasi Evaluasi Balai Pengelolaan (BP) Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Batanghari, Yitno Yuwono mengatakan intervensi yang dilakukan pihaknya dengan teknik vegetasi seperti reboisasi agroforestry maupun teknik sipil pembuatan embung di wilayah hulu tidak sebanding dengan laju perusakan akibat penambangan liar dan okupasi lahan oleh masyarakat untuk pertanian tanaman pangan maupun tanaman semusim.

"Ini terus mempengaruhi kekritisan DAS Batanghari yang tergambar dari kondisi erosi yang berlebihan. Dalam kondisi yang sangat kritis tingkat erosi dapat mencapai 480 ton per hektar per tahun sehingga ini sangat mempengaruhi hidrologi sungai Batanghari mulai sedimentasi sampai debit air," kata Yitno Yuwono kepada Gatra.com, Selasa (10/12) siang.

Yitno Yuwono menjelaskan dampak yang dirasakan saat musim kemarau dan hujan. "Saat kemarau situasi kawasan DAS Batanghari mengalami kekeringan hingga kerap terjadi kebakaran lahan. Sementara saat musim hujan terjadi banjir akibat fungsi daya serap air pada tanah berkurang sehingga laju air permukaan (run off) terjadi secara berlebihan," ujarnya.

Menurut Yitno, daerah-daerah kritis di DAS Batanghari secara umum ada di dua wilayah yaitu di dalam kawasan dan di luar kawasan DAS.

"Jadi, desakan guna memenuhi kebutuhan ekonomi yang umumnya dialami masyarakat yang tidak sejahtera cenderung meningkatkan penggunaan lahan secara tidak bijaksana. Semua di eksploitasi atau di forsir penggunaannya sementara upaya pemulihan lingkungan dengan program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) yang dilakukan hanya starter point karena keterbatasan anggaran," Yitno menjelaskan.

Yitno menambahkan pengelolaan DAS Batanghari dari hulu ke hilir harus dipandang secara holistik. "Upaya pemulihan yang dilakukan tidak sebanding dengan laju kerusakan karena penggunaan sumber daya alam yang tidak terkendali," ucapnya.

Reporter: Muhammad Fayzal

957