Hong Kong, Gatra.com - Kerumunan besar demonstran berpakaian hitam memadati Hong Kong dalam protes anti-pemerintah terbesar, sejak pemilihan umum pada bulan lalu yang mendorong gerakan pro-demokrasi berusaha mengekang kontrol oleh Cina.
Dilansir Reuters Senin (9/12), ini adalah pertama kalinya sejak Agustus bahwa Front Hak Asasi Manusia Sipil, yang merupakan pihak penyelenggara, telah mendapat izin dari pihak berwenang untuk mengadakan rapat umum.
Diperkirakan jumlahnya mencapai 800.000 orang, sementara polisi mengklaim itu hanya sebesar 183.000 orang.
Yel-yel terdengar, meneriakkan: "Berjuang untuk kebebasan! Berdiri dengan Hong Kong, bergema ketika para demonstran, dari pelajar hingga manula, berbaris dari Victoria Park di pusat perbelanjaan yang ramai hingga menuju area keuangan.
Ketika gelap, sejumlah pemrotes menyemprotkan grafiti anti-Beijing ke sebuah gedung Bank of China. Polisi anti huru-hara terus berdiri berjaga-jaga. Para pengunjuk rasa meneriakkan "anjing" dan "kecoak."
"Waktu Natal sudah mulai tiba tetapi kami tidak dalam mood untuk merayakannya," kata seorang mahasiswa, Lawrence (23).
Dia memegang poster yang berbunyi: "Harapan 2020 saya adalah hak pilih universal" sebuah tuntutan untuk menegakkan pemungutan suara terbuka.
Bekas koloni Inggris yang terdiri dari 7,4 juta jiwa ini kembali ke pemerintahan Cina pada tahun 1997. Itu diatur di bawah formula “Satu Negara, Dua Sistem” yang menjamin kebebasan yang tidak diizinkan di daratan Cina bisa berada di Hong Kong. Sementara itu, Cina menyalahkan kerusuhan enam bulan atas campur tangan pemerintah asing termasuk Amerika Serikat dan Inggris.