Jakarta, Gatra.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan PT. KAI menyepakati pembentukan sistem integrasi transportasi umum di Jabodetabek. Melalui sistem ini, kereta Commuterline, MRT, dan kereta bandara akan saling terkoneksi.
"Tadi disampaikan di dalam komponen perjanjian, ada dua komponen besar dalam kereta api, yakni KCI (Kereta Commuter Indonesia) dan kereta bandara yang juga bagian dari integrasi ini," kata Direktur Utama PT. MRT Indonesia, William Sabandar di Balai Kota Jakarta, Senin (9/12).
Adapun, PT. MRT merupakan pihak yang ditunjuk Pemprov DKI untuk mengelola sistem integrasi bersama dengan PT. KAI. Kedua pihak berharap tak hanya menciptakan konektivitas secara infrastruktur, tetapi sistem pembayarannya diharapkan bisa terintegrasi menggunakan satu tiket dengan satu tarif yang sama.
"Harapannya seperti itu, tetapi kan enggak bisa kita lakukan kalau kelembagaannya tidak terintegrasi," ujar William.
Sebagai langkah awal, kata William, kedua pihak akan membentuk perusahaan baru dalam mengelola sistem integrasi. Perusahaan baru itu nantinya akan melakukan studi integrasi transportasi umum di Jabodetabek, studi pengelolaan Transit Oriented Development (TOD), serta penanganan untuk memberikan kenyamanan penumpang.
Menurut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, kepemilikan perusahaan akan didominasi Pemprov DKI.
"MRT dan PT. KAI akan membentuk perusahaan joint venture yang ownership-nya 51% di MRT dan 49% di KAI," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Senin (9/12).
Belum dapat dipastikan moda transportasi apa saja yang akan terintegrasi. Namun, sistem tersebut akan berfokus pada konektivitas kereta Commuterline, kereta MRT, dan kereta bandara.
"Sekarang ini kan baru kesepakatan, nanti baru item-itemnya dibahas semua satu persatu," tutup Anies.