Padang, Gatra.com - Salah satu kunci dalam menghasilkan sejumlah besar informasi yakni dengan wawancara. Kendati begitu, hal itu juga tergantung kepada kualitas pertanyaan yang diajukan pewawancara. Pasalnya, tidak semua ruang lingkup yang bisa diwawancarai oleh seorang pewawancara.
Menurut dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang (UNP), Tressyalina, dalam menggali informasi hendaknya proses interaksi harus diarahkan. Dalam artian, pihak pewawancara harus mengetahui, dan memahami informasi yang hendak didapatkan dari narasumber yang bersangkutan.
"Percakapan dalam wawancara hanya mengenai topik yang relevan. Tidak boleh mendiskusikan sesuatu hal yang tidak berkaitan dengan topik pembicaraan," kata dosen Bidang Ilmu Pragmatik dalam Pembelajaran Indonesia itu kepada Gatra.com, Minggu (8/12) di Padang.
Sebaliknya, bagi pihak narasumber harus mengetahui dan memahami kekuatan, bakat, keterampilan, nilai, dan kelemahan dirinya sendiri. Tujuannya, agar diri sendiri menjadi kuat dan terfokus dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Jadi, pembelajaran untuk mendapatkan pemahaman dan keterampilan dalam berwawancara diperlukan oleh semua orang.
Menurut Tressyalina, adapun kiat dalam melakukan wawancara untuk menggali informasi berupa penyebutan, penegasan, dan penjelasan, tidak hanya menggunakan wh-question. Namun, juga bisa menggunakan kalimat tanya melalui penanda lingual yang berupa verba, nada bertanya, pilihan, elipsis, negasi, tindak tutur asertif, dan interogatif embelan.
Dikemukakan, sesuai hasil penelitian bersama dosen lainnya, Ena Noveria dan Ermawati Arief (2019), pembelajaran untuk mendapatkan pemahaman dan keterampilan dalam berwawancara, diperlukan media pembelajaran langsung, seperti gelar wicara (talk show) di televisi. Melalui hal itu, pemelajar bisa menelaah tuturan yang dikemukakan pewawancara dari segi tindak tutur langsung dan tak langsung.
Dijelaskannya, tindak tutur langsung tersebut bisa dimaknai sebagai pewawancara bertanya menggunakan jenis kalimat yang modusnya sama. Sebaliknya, tindak tutur tidak langsung berarti pewawancara bertanya menggunakan jenis kalimat yang modusnya berbeda. Maka, untuk memahami keterampilan agar menjadi pewawancara yang diinginkan, diawali dengan menyaksikan gelar wicara.
Kemudian, mentranskripkan tuturan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi bentuk pertanyaan dan pemarkahnya, dalam mendapatkan informasi yang berupa penyebutan, penegasan, dan penjelasan. Setelah itu, dilanjutkan dengan sinkronisasi dengan materi ajar yang ada, dan ditutup dengan membuat naskah wawancara serta mempraktikkan.
"Dengan demikian, untuk mendapatkan pemahaman dan keterampilan dalam berwawancara secara efektif, dapat dilakukan melalui penelaahan tindak tutur langsung dan tak langsung pewawancara dalam gelar wicara di televisi," tukas akademisi UNP itu.