Semarang, Gatra.com - Kepolisian Daerah Jawa Tengah(Jateng) akan lebih mengedepankan upaya pencegahan dalam kasus-kasus korupsi yang ada di jawa Tengah.
Hal ini disampaikan Kapolda Jawa Tengah Irjen pol Rycko Amleza Dahnial usai mengikuti jalan sehat yang digelar oleh polda jateng dan pemerintah Provinsi Jawa Teng dalam rangka hari ibu yang berlangsung di lapangan simpang lima semarang, Minggu (8/12).
Irjen Rycko mengatakan Polda Jawa Tengah telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jateng, Kejaksaan Tinggi Jateng dan Pengadilan, dalam upaya untuk memberantas korupsi dengan membuat portal Korupsi sehingga masyarakat bisa melaporkan indikasi korupsi melalui portal www.laporkorupsijateng.id.
“Polda Jawa Tengah, bersama Pemprov Jateng, Kodam, Kejati Jateng dan Pengadilan telah memiliki portal lapor korupsi, silahkan dilaporkan ya,” kata Rycko usai jalan santai di Simpanglima, Minggu (8/12).
Menurut Rycko, sejak diluncurkan pada 10 Oktober 2019 wadah aduan berbasis online yang dapat dimanfaatkan masyarakat ini kebanjiran banyak laporan. "Aduan dari masyarakat cukup banyak ya, namun demikian, semua laporan itu akan di verifikasi terlebih dulu oleh tim, lalu laporan ini ditindak lanjuti secara bersama-sama,” ujarnya.
Sementara itu, peringatan Hari Anti Korupsi sedunia itu dimeriahkan oleh 3000 pelajar se Jawa Tengah yang ikut hadir di kawasan simpang lima Semarang. Para pelajar itu terlebih dulu mendatangi kantor gubernur Jateng di jalan Pahlawan. Dalam aksinya, para pelajar menyerukan yel-yel yang lantang menolak korupsi.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengaku bangga melihat aksi tersebut. Ia berharap para pelajar yang mengikuti aksi itu, dapat menjadi agen anti korupsi di masa depan.
"Saya senang dan bangga pada pelajar yang hebat-hebat ini, mereka menegaskan diri untuk siap menjadi agen antikorupsi. Sejak dini kami ajak mereka untuk terlibat, merasakan, mengkritik bahkan mencaci terhadap hal-hal berbau korupsi," ucap Ganjar.
Demo di tengah Car Free Day itu juga disemarakkan adanya instalasi mozaik. Ribuan kertas warna warni ditempelkan para pelajar dan warga pada sembilan panel. Sebelumnya mereka menuliskan harapan, doa, kritik, dan dukungan untuk pemberantasan korupsi. Sembilan panel itu kemudian digabung membentuk gambar tikus dicoret.