Yogyakarta, Gatra.com - Indonesia dikenal sebagai negara kaya penghasil pangan lokal dengan keanekaragaman sumber pangan yang sangat besar.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal melalui pergelaran acara pangan lokal berbasis UMKM di Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Lebih dari 4000 masyarakat dan pelaku UMKM hadir dan mendukung gerakan ini.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan tidak hanya sehat dan bergizi, pangan lokal juga penting dalam memperbaiki kualitas konsumsi masyakarat, dan didalamnya ada peran UMKM yang sangat besar dalam mewujudkan pola pangan impian tersebut.
“Ini bukan hanya program pemerintah, ini adalah gerakan bersama, bukan hanya Kementerian Pertanian, atau Kementerian Koperasi, ini urusan rakyat, urusan kita semua, semua bisa jalan apabila ada kebersamaan diantara kita, termasuk UMKM yang kita ketahui memiliki ketahanan usaha yang luar biasa, dan salah satu penopang perekonomian bangsa” ungkap Syahrul di sela acara yang bertemakan Sehat Dengan Pangan Lokal, Selamatkan Pangan, di Yogyakarta, Ahad (8/12).
Syahrul mengungkapkan pangan lokal merupakan bagian dari budaya, dan budaya tersebut harus dijaga dan ditingkatkan baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya secara masif, dan gerakan itu harus dimulai dari diri sendiri.
“Kita harus membiasakan diri mengkonsumsi pola makan yang sehat dengan pangan lokal yang baik, kita bisa karena terbiasa, kebiasaan ini juga saya terapkan ke diri sendiri, memang harus dipaksa sedikit, tapi pasti bisa, mulai dari diri sendiri dulu” ungkapnya.
Syahrul menambahkan mencintai pangan lokal, juga sama artinya dengan mencintai petani Indonesia, dari kaum milenial, perbankan, hingga pelaku UMKM, harus mengambil peran lebih dari peluang yang diberikan di bidang pangan, dan pemerintah berkomitmen mendukung penuh upaya tersebut.
“Kaum milenial bisa ikut berperan, sekarang anak-anak milenial punya start up, semangat muda itu yang harus kita tangkap, kita konsentrasi juga untuk anak milenial agar ikut membangun pertanian khususnya di bidang pangan lokal,” kata Syahrul.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana X, mengatakan pangan sebagai kebutuhan dasar sangat menentukan kelangsungan hidup rakyat, ketidakcukupan pangan berpotensi mengguncang stabilitas sosial dan ketahanan nasional.
“Kenyataan ini menunjukan bahwa pangan merupakan hal yang sangat strategis, karena menjadi penentu ketahanan keamanan sosial dan politik negara, tidak mengherankan jika pangan menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi di semua negara, pangan juga merupakan hak asasi,” terang Sri Sultan.
Ia menyebut pangan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sebagai produsen, dan berkontribusi menyediakan bahan pangan yang cukup bagi rakyat, kegiatan ketahanan pangan hendaknya dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan, misalnya dengan mendorong terwujudnya desa mandiri pangan, penanganan desa rawan pangan, keanekaragaman pangan berbasis pangan lokal, dan peningkatan kemandirian pangan.
“Dalam kerangka itulah DIY menerapkan program aksi penganekaragaman pangan lokal, penguatan kedaulatan pangan melalui gelar pangan lokal berbasis UMKM pada hari ini, kedepan perlu dilakukan itensifikasi pertanian, dengan penerapan teknologi pertanian tepat guna, agar dapat meningkatkan daya saing pertanian,” terang Sri Sultan.
Semantara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan tujuan utama penyelenggaraan acara ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah pada pangan lokal, dan bagian dari inplementasi tugas besar pemerintah dalam menggerakan dan mengembangkan UMKM.
“Harapannya bisa meningkatkan nilai tambah pangan lokal, dan menumbuhkan kemitraan dalam hal produksi pangan lokal, ini mencakup sisi hulu hingga ke hilir,” ungkap Agung.
Selain meningkatkan nilai tambah dan pengembangan UMKM, Gerakan cinta pangan lokal ini diharapkan Agung turut berkontribusi positif dalam menekan angka kehilangan dan pemborosan pangan (food loss and waste). Hal ini menyusul data Economist Intelligence Unit (EIU) yang menyebut food loss and waste di Indonesia menyentuh angka 300 kg/kapita/tahun, tertinggi kedua di dunia setelah Arab Saudi.
“Pangan lokal berbasis UMKM, berpotensi besar mengurangi food loss, sekaligus juga mengedukasi dan mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal, nantinya juga akan berdampak besar dalam mengurangi angka food waste di Indonesia” terang Agung.