Florida, Gatra.com - Penembakan yang terjadi di Pensacola, Florida, pada hari Jumat (6/12) waktu setempat yang menewaskan sedikitnya empat orang adalah pembunuhan massal kedua di sebuah markas militer Amerika Serikat (AS) dalam tiga hari. Hal tersebut semakin memperpanjang rentetan kekerasan senjata mematikan di seluruh negara itu.
Penembakan yang terjadi di Pangkalan Udara Angkatan Laut AS di Pensacola merupakan aksi penembakan kedua yang terjadi dalam pekan ini. Sebelumnya telah terjadi aksi penembakan pada hari Rabu (4/12) waktu setempat di pangkalan militer Pearl Harbor, Hawaii. Seorang pelaut diketahui membunuh dua warga sipil sebelum pelaku akhirnya bunuh diri.
Dilansir dari Reuters, berikut adalah peristiwa penembakan massal yang pernah terjadi dan paling berdarah di AS dalam beberapa waktu ke belakang. Daftar di bawah hanya beberap dari sekian peristiwa penembakan massal yang pernah terjadi AS.
Pada 1 Oktober 2017, seorang pria bersenjata menembaki massa yang sedang berada di sebuah acara festival musik country dari lantai 32 sebuah hotel. Akibatnya, 58 orang tewas dan 564 orang lainnya mengalami luka-luka. Sementara pelaku akhirnya tewas bunuh diri.
Lalu pada 12 Juni 2016 silam, di Orlando seorang pria bersenjata menembak 49 orang di sebuah klab malam gay, di Pulse. Pelaku akhirnya tewas setelah ditembak oleh polisi.
Lalu tanggal 16 April di Virgina Tech. Pria bersenjata membantai 32 orang di Universitas Virginia Tech yang berada di Blackburg, Virginia. Pelaku kemudian mati bunuh diri.
Kemudian, ada peristiwa seorang laki-laki memembak ibunya hingga tewas, kemudian laki-laki tersebut pergi ke Sekolah Dasar Sandy Hook, yang berujung pembunuhan terhadap 20 anak-anak dan 6 orang dewasa pada 14 Desember 2012. Pelaku akhirnya tewas karena bunuh diri.
Pada Agustus lalu, tepatnya tanggal 3 Agustus 2019, seorang pria menembak 22 orang di toko Walmart yang berada di El Paso, Texas. Dalam sebuah pernyataan yang diyakini ditulis oleh pelaku menyebut serangan itu adalah respon terhadap invasi Hispanik di Texas. Aparat kemudian berhasil menangkap pelaku menanganinya selayaknya kasus terorisme domestik.