Jakarta, Gatra.com - Penyakit autoimun terjadi ketika sel-sel dalam sistem imun melanggar batas toleransi dan tidak dapat membedakan diri sendiri (self) dan benda asing (non-self). Diketahui, ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun yang melibatkan beberapa sistem organ seperti Lupus Eritematosus Sistemik dan Sindrom Sjörgen.
Beragamnya jenis autoimun yang juga dapat menyerang banyak organ, penyakit ini melibatkan berbagai spesialisasi atau sub-spesialisasi ilmu kedokteran. Keterkaitan antara faktor genetik dan lingkungan memainkan interaksi kompleks yang tidak bisa dikuasai oleh satu bidang keilmuan saja.
"Perlu juga berbagai disiplin ilmu, tidak bisa cuma satu. Kalau ada kelainan di mata, kita konsultasikan ke dokter mata. Jadi ilmu imunologi itu sangat luas. Bisa mengenai berbagai macam organ di dalam tubuh yang memang punya disiplin masing-masing," kata Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI, FINASIM usai ditetapkan sebagai Guru Besar Tetap FKUI Bidang Alergi dan Imunologi di Aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (7/12).
Menurutnya, penyakit-penyakit autoimun memiliki sifat yang sistemik, salah satunya Lupus. Sehingga, jika ada penyakit autoimun yang menyerang berbagai organ, para dokter perlu berkoordinasi satu dengan yang lain untuk kepentingan pasien supaya menjadi lebih holistik atau menyeluruh. Tidak sepotong-potong.
"Harus ada terobosan baru dengan teknologi informasi yang semakin maju untuk membantu edukasi masyarakat terkait terapi dan pencegahan penyakit terkait sistem imun. Kerja sama antar bidang ini diperlukan untuk dapat menurunkan angka morbiditas penyakit alergi dan imunologi di Indonesia," imbuhnya.