Home Teknologi Dari Denmark ke Klaten, Menggagas Biogas dari Limbah Aren

Dari Denmark ke Klaten, Menggagas Biogas dari Limbah Aren

Klaten, Gatra.com - Satu-satunya fasilitas biogas skala besar dari limbah aren di Indonesia disiapkan di Klaten. Menekan limbah dari usaha masyarakat sekaligus menggagas sumber baru energi terbarukan di Jawa Tengah sebagai hibah Kerajaan Denmark.

Kubah putih berdiameter sekitar 20 meter tampak menggembung layaknya balon raksasa dari kejauhan. Di sampingnya berdiri sebuah kilang, juga tabung berwarna biru yang dilengkapi sejumlah panel, keran, dan meteran yang terhubung ke pipa-pipa. Di bagian lain, kolam-kolam berisi cairan berwarna pekat.

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, sekitar 20 kilometer di utara pusat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini terlihat kontras dengan sawah dan rumah-rumah di desa itu.

Meski telah menampung sebagian limbah, IPAL ini masih dalam tahap ujicoba. Sebab bukan sekadar ‘mencuci’ air limbah, sarana ini juga menyerap unsur organik di limbah untuk dijadikan biogas.

Penjaga fasilitas ini, Joko, mengatakan bahwa operasional sarana ini menanti tim teknis dan pemasangan sejumlah alat. “Sekarang sedang dipasang pipa-pipa biogas ke rumah warga,” kata Joko, Kamis (5/12).

IPAL didirikan di Daleman karena desa ini sentra pengolahan tepung aren (Arenga pinnata) atau pati onggok sejak 1960-an. Saat ini ada sekitar 100 tempat produksi di desa yang dihuni 5400-an orang ini. Tepung ini menjadi bahan pembuatan makanan seperti soun dan hunkwe. Dari Daleman, ia dipasarkan ke sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Produksi tepung aren menyisakan limbah padat dan cair. Limbah padat dapat dimanfaatkan untuk media budidaya cacing dan jamur, pakan ternak, bahkan sempat dibuat briket dan kerajinan. Namun limbah cair dari sisa pembilasan tepung aren 120- 180 kubik per hari mencemari air tanah dan sungai.

Kepala Desa Daleman Mursito menerangkan upaya penanganan limbah cair tersebut telah berlangsung beberapa kali. Dinas lingkungan hidup dari Kabupaten Klaten pernah mengupayakan produksi biogas. Namun langkah ini belum membuahkan hasil.“Karena limbah cairnya mengandung klorin. Ini karena pengolahan arennya menggunakan kaporit,” ujar Mursito kepada Gatra.com.

Menurut dia, setelah itu, sekitar 2013, Badan Pengkajian Penerapan Teknologi Jawa Tengah menyiapkan teknologi dan proses biologi untuk produksi biogas yang mampu mengolah limbah dengan kandungan klorin. “Pembangunan IPAL ini juga kelanjutan dari program penangan limbah sebelumnya,” kata Mursito.

Pada 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerima hibah dari Kerajaan Denmark berupa pembangunan IPAL senilai Rp16 miliar di Daleman. IPAL ini salah satu dari proyek Enviromental Support Programme (ESP) Denmark yang berlangsung sejak 2005.

Baca Juga: Menanti Limbah Aren Gantikan Gas Melon

IPAL Daleman merupakan bagian ESP tahap ketiga atau ESP3 yang berupaya memfasilitasi transformasi bertahap menuju ekonomi ramah lingkungan. Jawa Tengah pun terpilih sebagai provinsi percontohan untuk pembangun sejumlah proyek. Dalam kajian ESP3, IPAL di Klaten akan menghasilkan energi sekitar 800 MWh per tahun dan menurunkan emisi gas rumah kaca tak kurang 300 ton CO2e per tahun.

Selain IPAL di Klaten, proyek ESP3 meliputi pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara; pendirian pembangkit listrik tenaga gas metana di TPA Jatibarang, Kota Semarang; dan pembangunan fasilitas refuse derived fuel TPA Tritih Lor, Kabupaten Cilacap.

Kecuali IPAL di Klaten, tiga fasilitas energi terbarukan itu sudah siap digunakan. Instalasi di Semarang dan Cilacap telah diserahkan pihak Denmark ke Pemerintah Indonesia, tapi belum ditransfer ke pemerintah daerah, sehingga belum dioperasikan.

“Yang di Karimunjawa sudah aktif dipakai masyarakat karena sudah diserahkan dari pusat ke daerah,” ujar Nuhadi, anggota tim ESP3 saat dihubungi Gatra.com, Jumat (6/12).

Adi Erlangga, pimpinan PT Aditya Tangguh Perkasa, selaku kontraktor IPAL ini membenarkan bahwa fasilitas ini satu-satunya instalasi biogas berbasis limbah tepung aren dari usaha masyarakat di Indonesia. “Selama ini kita mengenal biogas biasanya dari kotoran sapi,” ujar Adi ketika dihubungi via telepon.

Kendati demikian, produksi biogas dari limbah cair tepung aren di IPAL ini sama seperti produksi biogas lain. “Biogas itu itu sumbernya dari apapun yang bersifat organik. Aren bukan satu-satunya dan mirip biogas dari singkong dan sawit, “ ujar Adi yang telah menangani sekitar 70 site biogas yang mayoritas berbasis sawit.

Dengan begitu, teknologi di IPAL ini seperti fasilitas produksi biogas lainnya, yakni mengandalkan kombinasi proses anaerob dan aerob. Dengan kandungan COD di limbah 10 ribu-12 ribu miligram per liter, proses anaerob diperkirakan dapat menekan kandungan cemaran hingga 90%.

Namun, Adi menjelaskan, kandungan COD tersebut tak terlampau tinggi untuk ukuran limbah yang akan diserap biogasnya. Untuk itu, di tahap awal operasional, IPAL ini juga menampung kotoran sapi. Kadar COD di kotoran sapi sampai lima kali COD di limbah aren, atau mencapai 50 ribu miligram per liter.

“Tambahan kotoran sapi ini sebagai prekursor untuk memicu mikroorganismenya. Jika sudah memenuhi dalam volume tertentu, kami stop. Ini sekarang sudah kami stop,” ujarnya.

Setelah disedot biogasnya, air sisa pengolahan tepung aren pun sudah sesuai baku mutu dan dapat dialirkan ke sungai. Biogas yang ditampung di IPAL akan disalurkan lewat pipa ke rumah-rumah warga. Targetnya, 480 kepala keluarga mendapat aliran biogas dan sebagian besar rumah telah dipasangi pipa.

“Plant sudah siap. Saat ini masih pemasangan pipa-pipa distribusi gas ke warga. Setelah itu kami akan memasang meteran gas. Targetnya (selesai) akhir Desember ini,” kata Adi.

Baca Juga: Desa Tenaga Surya Gunungkidul, Tak Risau Saat Listrik Mati

Kawit, 67 tahun, salah satu produsen tepung aren menyambut baik pengolahan limbah ini. Di depan tempat usahanya, terdapat saluran dan pipa yang telah terhubung ke IPAL. Namun menurut dia saluran itu belum andal. “Mboten mumpuni,” ujarnya.

Sebab, kata dia, ukuran pipa itu terlalu kecil, berdiameter 20 centimeter. Padahal limbah cair juga membawa sebagian limbah padat. “Ini kalau ngumpul nanti nyumbat,” kata Kawit sambil merogohkan tangan ke saluran itu dan saat ditarik ia telah menggenggam serabut-serabut sisa aren.

Menurut dia, tak semua pipa di tempat usaha yang terhubung ke IPAL berukuran kecil seperti di tempatnya. Ia berharap hal itu memiliki solusi demi mendukung produksi biogas dari limbah aren. “Nek namung wonten mriki (kalau cuma ada di sini ada biogas limbah aren), ya kudu sukses,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral Jawa Tengah Imam Nugraha Heru menguraikan Jawa Tengah memiliki berbagai potensi energi terbarukan, termasuk biogas.

Menurut Imam, pemanfaatan biogas ramah lingkungan karena metana dalam biogas bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara dan menghasilkan energi lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.

Sepanjang 2013-2018, 130 unit demplot biogas telah dibangun di Jateng. Sejumlah pondok pesantren di Jateng juga telah menggunakan biogas. Pemprov Jateng telah membantu sarana biogas di setidaknya 20 pesantren.

Namun kebanyakan biogas mengandalkan kotoran ternak dan ada yang telah memulai dari kotoran manusia. Mengingat di Jateng ada 1,7 juta sapi, sementara rata-rata digester biogas butuh 10 sapi, potensi biogas di Jateng masih amat besar.

“Pemanfaat terbesar biogas adalah ibu rumah tangga. Dimanfaatkan untuk memasak sebagai pengganti gas elpiji 3 kilogram,” tutur dia saat menjadi pembicara di lokakarya soal energi terbarukan gelaran Mongabay Indonesia di Semarang, medio November silam.

Selain biogas, Jateng memiliki potensi energi terbarukan berupa energi surya, energi air untuk mikrohidro, biofuel yang berbasis sejumlah tanaman, panas bumi, hingga gas rawa.

Pada 2018, porsi energi terbarukan dalam bauran energi di Jateng mencapai 10,8 persen. “Target energi terbarukan di Jateng 2025 sebesar 21,32% dan mencapai 29% pada 2050,” kata Imam.

Jika beroperasi sebagai biogas pertama dan satu-satunya berbasis limbah aren, IPAL di Daleman, Klaten, akan memberi sumbangsih dalam pemanfaatan sumber-sumber baru untuk energi terbarukan sekaligus mengatasi masalah limbah di masyarakat.

2344