Jakarta, Gatra.com - Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian merasa prihatin terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukan kualitas mutu pendidikan Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 79 negara di dunia.
Hetifah menyoroti skor Indonesia yang dibandingkan tahun 2015 lalu menurun di seluruh kategori Matematika, Sains, dan Membaca. Serta, hanya sekitar 30% siswa Indonesia yang mencapai kemampuan membaca level 2. Sisanya, sekitar 70% dianggap functionally illiterate karena level 2, dianggap sebagai level dasar dimana seseorang dianggap dapat mengambil makna dan pembelajaran dari suatu bacaan.
“Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, PISA merupakan salah satu standar yang paling umum yang dapat kita gunakan untuk mengukur diri dibandingkan dengan negara-negara lain di era yang kompetitif ini,” kata Hetifah di Jakarta, Jumat (6/12).
Diketahui sebelumnya, hal-hal yang diukur dalam PISA adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi individu yang kompetitif, seperti kemampuan perhitungan dasar dan pemahaman akan sebuah bacaan.
Atas dasar hasil tersebut, Hetifah mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk segera mencari solusi peningkatan kompetensi dengan cara membentuk tim khusus untuk menginvestigasi penyebab rendahnya pencapaian PISA Indonesia di tahun 2018.
Selain itu, anggota Fraksi Partai Golkar tersebut meminta Kemendikbud juga mengintegrasikan kemampuan-kemampuan dasar yang diukur dalam PISA (matematika, membaca, dan sains) ke dalam kurikulum pendidikan Indonesia
“Kami juga mendorong agar Kemendikbud membuat target pencapaian skor PISA untuk tahun 2021 dan 2024 beserta langkah-langkah konkrit untuk mencapainya,” katanya.