Jakarta, Gatra.com - Wakil Presiden Maruf Amin sempat menduga Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar bakal berjalan panas karena perebutan kursi kepemimpinan. Namun, kenyataannya Munas Golkar berjalan sejuk.
Maruf bahkan mengatakan, orang-orang Nahdlatul Ulama (NU) memiliki term sendiri untuk menggambarkan suasana Munas, yakni "gegeran". Ia menyebut, "gegeran" adalah kondisi di mana terjadi keributan dalam Munas, tetapi setelah itu suasanya kembali mencair.
"Memang ada ungkapan, yang sudah liwat, liwat saja. Tapi kita maju ke depan untuk keadaan yang lebih baik," kata Maruf saat memberi sambutan dalam penutupan Munas Golkar, Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Kamis (5/12).
Maruf melanjutkan, Golkar adalah salah satu partai besar yang merupakan aset penting bangsa Indonesia. Gerak langkah dan kebijakan partai tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, penting bagi Golkar untuk mengutamakan kerukunan, konsolidasi, dan musyawarah dalam memecahkan konflik, terutama dalam Munas. Hal ini telah dilakukan dan dikedepankan pendahulu Golkar.
"Saya lihat semua tokoh senior masih kumpul semua, Pak Akbar Tandjung, Pak ARB (Aburizal Bakrie), Agung Laksono, Pak Ginandjar. Ini membuktikan PG mampu menjaga hubungan antara senior dan juniornya dan mampu menggalang kekuataannya sepanjang masa," ucap Maruf.
Ia berharap, seluruh pengurus dan anggota Partai Golkar secara konsisten dapat menjaga solidaritas organisasi. Partai Golkar yang solid akan memberikan kontribusi penting dalam menjaga stabilitas politik nasional.
Maruf menambahkan, stabilitas politik berjalan paralel dengan stabilitas ekonomi. Stabilitas juga penting untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia supaya unggul dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
"Menjaga stabilitas politik nasional menjadi kunci. Jangan sampai ada distabilitas politik karena berpengaruh kepada iklim investasi. Kesejukan politik akan mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Pemerintah juga berharap, kader-kader Golkar yang mumpuni bisa mengawal stabilitas politik nasional dan stabilitas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 periode 2025-2050.
"Dua puluh tahun ke depan, kita semua akan menghadapi era digitalisasi. OKI, saya apresiasi apa yang dikemukakan Ketum (Airlangga Hartarto), bahwa Golkar siap hadapi tantangan tersebut," tandasnya.