Home Internasional OPEC dan Sekutunya Beri Sinyal Pangkas Produksi Minyak Lagi

OPEC dan Sekutunya Beri Sinyal Pangkas Produksi Minyak Lagi

Vienna, Gatra.com - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia pada Kamis (5/12), hampir mencapai kesepakatan untuk menyetujui salah satu pengurangan produksi dalam dekade ini. Menurut sumber Reuters, hal ini untuk mendukung harga minyak mentah dan mencegah kelebihan pasokan.

Perwakilan beberapa negara OPEC bertemu pada Kamis (5/12) di Wina. Pertemuan tersebut dilakukan Rusia dan negara lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, pada Jumat (6/12).

Tiga sumber OPEC mengatakan kepada Reuters pada Kamis (5/12). Kelompok itu akan membahas penurunan sebesar 1,2 juta barel per hari menjadi 400.000 barel per hari atau lebih besar daripada saat ini.

Pemotongan saat ini berakhir pada bulan Maret mendatang. Sumber dan delegasi OPEC + mengatakan, kesepakatan baru dapat diperpanjang hingga Juni atau sampai akhir 2020.

Beberapa sumber dan pengamat OPEC telah menyarankan pengurangan secara keseluruhan. Angkanya mendekati 1,8-2,0 juta barel per hari. Diharapkan dapat melebihi target. 

OPEC + telah menghentikan pasokan sejak 2017 untuk melawan peningkatan produksi dari Amerika Serikat, yang telah menjadi produsen terbesar dunia. Selain itu, memberlakukan sanksi terhadap Iran dan Venezuela untuk mengekang ekspor minyak mereka.

Tahun depan, peningkatan produksi di Amerika Serikat dan beberapa negara non-OPEC lainnya seperti Brasil dan Norwegia diseimbangkan. Tindakan OPEC di masa lalu telah mengecewakan Presiden AS Donald Trump, yang telah berulang kali menuntut pemimpin de facto OPEC Arab Saudi menurunkan harga minyak. Mereka ingin mendapat dukungan militer melawan Iran, rival terberatnya.

Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (REUTERS/Leonhard Foeger/re1)

Dalam beberapa bulan terakhir, Trump tidak banyak bicara tentang OPEC. Namun, itu mungkin akan berubah pada 2020 apabila harga minyak dan bensin naik. Menjadi masalah sensitif secara politis saat ia berupaya terpilih kembali pada November tahun depan.

Perang dagang antara AS dengan Cina juga telah mengaburkan prospek ekonomi dan permintaan minyak pada tahun 2020. Perwakilan produsen OPEC terbesar kedua, Irak mengatakan pada hari Selasa (3/12) bahwa pemimpin de facto OPEC Arab Saudi mendukung pemotongan 1,6 juta barel per hari atau 1,6% dari permintaan global.

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, ia menolak untuk mengomentari masalah kebijakan di Wina. Sedangkan, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menuturkan kepada Pangeran Abdulaziz pada hari Kamis bahwa kerja sama energi Rusia-Saudi harus dilanjutkan.

Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zangeneh mengatakan, Ia akan mendukung pengurangan yang lebih dalam apabila itu disetujui oleh produsen lain. Para menteri dari Arab Saudi, Rusia, Kuwait, UEA, Aljazair, Oman, dan Aljazair memulai pertemuan pra-OPEC pada pukul 11.00 GMT dengan pertemuan OPEC yang diperkirakan tidak akan dimulai sebelum pukul 14.00 GMT.

Arab Saudi membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk mendukung pendapatan anggarannya dan menunggu penawaran umum perdana (IPO) raksasa minyak milik negara Saudi Aramco dengan harga IPO yang diharapkan pada hari Kamis (5/12).

Tindakan OPEC telah mendukung harga minyak sekitar USD50- USD75 per barel selama setahun terakhir. Minyak mentah Brent berjangka pada hari Kamis (5/12) memperpanjang kenaikan minggu ini untuk diperdagangkan di atas USD63 per barel.

Beberapa sumber OPEC juga mengatakan, Riyadh menekan sesama anggota Irak dan Nigeria untuk meningkatkan kepatuhan mereka terhadap kuota yang dapat memberikan pengurangan tambahan hingga 400.000 barel per hari.

Sementara itu, Rusia belum setuju untuk memperpanjang atau memperdalam pemotongan saat ini sebesar 228.000 barel per hari. Hal ini karena kesulitan mengurangi produksi pada musim dingin karena suhu rendah. 

Sebuah sumber yang akrab dengan pemikiran Rusia mengatakan kepada Reuters bahwa Moskow kemungkinan akan mencapai kesepakatan dengan OPEC minggu ini. Tentunya, hanya perlu menyelesaikan beberapa masalah yang belum terselesaikan.

Satu hal yang menonjol bagi Rusia adalah bagaimana output-nya diukur. Rusia memasukkan kondensat gas dalam angka produksi, sementara produsen lain tidak. Zangeneh mengatakan pada Kamis (5/12) bahwa sikap Rusia tersebut merupakan tindakan logis.

132