Batam, Gatra.com - Indeks harga konsumen (IHK) Provinsi Kepri, November 2019 mengalami deflasi. Deflasi Kepri pada November 2019 tercatat sebesar 0,03% (month to month/mtm). Komoditas utama penyumbang deflasi Kepri, masih di didominasi oleh bahan pokok dan biaya transportasi.
Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Fadjar Majardi mengatakan, secara spasial di Bulan November 2019, Batam dan Tanjungpinang masih mengalami deflasi. Meski angkanya lebih rendah dari bulan sebelumnya.
"Deflasi Batam pada November 2019 tercatat sebesar 0,01% (mtm) atau inflasi 1,89% (yoy), sementara Tanjungpinang mengalami deflasi sebesar 0,17% (mtm) atau inflasi 2,07% (yoy)," kata Fadjar, pada Gatra.com, Kamis (05/12) di Batam.
Diakuinya, IHK itu tidak sedalam bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,27% (mtm). Kondisi yang sama juga terjadi di Batam, yang mengalami deflasi bersama Tanjungpinang.
Kelompok sandang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,29% (mtm) dengan andil -0,02% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm) dengan andil 0,01% (mtm). Adapun penurunan harga pada kelompok ini bersumber dari komoditas emas perhiasan yang mengalami deflasi tercatat sebesar 1,43% (mtm) dengan andil -0,02% (mtm). "Itu didorong oleh harga emas dunia yang tercatat mengalami penurunan sebesar -0,92% (mtm) pada November 2019," katanya.
Ia melanjutkan komoditas utama penyumbang deflasi Batam, ada cabai merah, kacang panjang, dan angkutan udara. Sementara komoditas utama penyumbang deflasi di Tanjungpinang adalah cabe merah, ikan tongkol/ambu-ambu dan cabe rawit. "Mencermati perkembangan inflasi terkini, IHK Kepri pada Desember 2019 diperkirakan akan mengalami inflasi," kata dia.
Menurutnya perlu diwaspadai beberapa risiko inflasi ke depan, namun diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional pada 2019 yaitu sebesar 3,5 ± 1% (yoy). Beberapa potensi risiko pendorong inflasi di Kepri pada Desember 2019 disebut, beberapa poin.
"Peningkatan permintaan tiket angkutan udara pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru, berpotensi mendorong kenaikan tarif angkutan udara. Sehingga memicu inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan angkutan udara," ujar Fadjar.
Disebutkan, curah hujan dan gelombang tinggi dapat memicu kelangkaan pasokan ikan segar, menghambat jalur distribusi bahan makanan. Serta berdampak pada produksi sayuran sehingga mendorong inflasi pada kelompok bahan makanan. "Juga harga aneka rokok yang mulai meningkat seiring pengumuman kebijakan kenaikan cukai rokok pada tahun 2020," beber dia.
Sementara itu, komoditas utama penyumbang deflasi Kepri pada November 2019, Kata Fajhar, adalah cabai merah, kacang panjang dan angkutan udara. Sementara itu, IHK Nasional tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm).
"Secara tahunan, inflasi Kepri pada November 2019 tercatat sebesar 1,92% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,38% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Kepri hingga November 2019 tercatat sebesar 0,75% (ytd) atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi sebesar 3,5 ± 1% (yoy) pada akhir tahun 2019," tegasnya.
Ia mengatakan deflasi Kepri pada November 2019 bersumber dari penurunan harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok sandang. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,28% (mtm), dengan andil -0,05% (mtm).
"Sementara komoditas utama penyumbang deflasi pada kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan dari angkutan udara yang kembali mengalami deflasi pada November 2019 sebesar 1,55% (mtm) dengan andil sebesar -0,06% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi yang lebih dalam sebesar 2,00% (mtm) dengan andil sebesar -0,08% (mtm)," tuturnya.