Banda Aceh, Gatra.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyatakan, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh saat ini masih ditopang oleh sektor Pertanian dan Perdagangan.
“Hingga saat ini, sektor primer seperti pertanian dan perdagangan masih mendominasi pertumbuhan ekonomi Aceh, namun masih kurang di sektor pengolahan (manufaktur),”jelas Destry Damayanti di Banda Aceh.
Pernyataan tersebut disampaikannya di sela-sela menjadi pembicara utama Seminar Nasional "Optimalisasi Peran Ekonomi Daerah dalam Perbaikan Current Account Deficit (CAD)" di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh, Banda Aceh, Rabu (04/12/2019).
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Asisten II Setda Aceh, T Ahmad Dadek, Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Zainal Arifin Lubis, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh, Aulia Fadly dan sejumlah pejabat perbankan serta pelaku usaha di Banda Aceh.
Untuk itu, kata dia, Aceh membutuhkan industri hilir dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Karena hilirisasi industri ini tidak hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi juga akan menyerap tenaga kerja sehingga akan mampu menurunkan angka pengangguran,”jelasnya.
“Selama ini, hasil komoditas seperti kopi diekspor masih dalam bentuk kopi atau bahan mentah belum dilakukan prosesing yang akan memberikan nilai tambah terhadap sebuah komoditas,”jelas dia.
Ia mencontohkan, jika kopi dilakukan dengan proses berbagai variasi dengan hadirnya perusahaan manufaktur akan mampu memberikan dampak ekonomi yang besar kepada provinsi itu.
Menurut dia, Aceh masih kurang dalam proses pengolahan karenanya perlu diimbangi dengan industri pengolahan yang baik, sehingga tidak hanya bisa mengandalkan komoditi bahan mentah, tapi juga dapat dikirim produksi dalam bentuk produk jadi.
Selain itu, tambah dia, kehadiran sektor industri pengolahan akan berperan penting dalam upaya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Aceh khususnya untuk dibuat sebagai barang setengah jadi hingga produk jadi.
“Kami meyakini hadirnya industri pengolahan komoditas di Aceh khususnya akan mampu mendongkrak perekonomian Aceh dan membuka lapangan kerja baru di provinsi ini,”papar dia.
Sementara itu, Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang diwakili oleh Asisten II Setda Aceh, T Ahmad Dadek menyampaikan, angka kemiskinan di Aceh memiliki tren penurunan, namun masih berada di atas tingkat kemiskinan nasional.
“Strategi untuk mengentaskan kemiskinan antara lain dengan meningkatkan produktivitas khususnya pada komoditas perikanan, pertanian dan perkebunan,”jelasnya.
Dikatakannya, dengan pengembangan terhadap komoditas unggulan tersebut kedepannya dapat meningkatkan ekspor Aceh dan mengurangi CAD. Bahkan, kata dia, Aceh telah mengawali hal tersebut dengan ekspor perdana komoditas kopi di Aceh Jaya dan Lhokseumawe.
“Sebenarnya, Aceh memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan komoditas unggulan, seperti komoditas perikanan, kopi, nilam, rotan, padi, serta komoditas hortikultura (cabai, bawang) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi itu,”kata Kepala BI Aceh, Zainal Arifin di Banda Aceh.
Selain itu, kata dia, potensi besar yang ada pada sektor jasa (pariwisata) juga perlu untuk dimanfaatkan secara optimal dalam mendorong perekonomian masyarakat Aceh. Menurut Zainal, dalam melakukan pengembangan komoditas unggulan dan sektor pariwisata diperlukan ada usaha hulu-hilir yang terintegrasi, dengan berbagai dukungan seperti optimalisasi anggaran Pemda, pembiayaan usaha hulu-hilir dengan pola mudharabah dan musyarakah, dan dukungan pemasaran digital.
Untuk menerapkan strategi IDUB tersebut, kata Zainal, perlu ada sinergi pemerintah, otoritas, swasta, perbankan, akademisi/peneliti dan masyarakat, sehingga kedepannya dapat menciptakan fundamental makronomi yang kuat, pertumbuhan berkelanjutan yang mendukung perbaikan CAD, inflasi yang rendah dan stabil, serta pengentasan kemiskinan.