Cambridge/Massachusetts, Gatra.com - Tim Peneliti menemukan bahwa rekayasa genetik yang dilakukan pada bayi kembar Cina tahun lalu, untuk mengimunisasi mereka terhadap HIV telah gagal dalam tujuannya dan menciptakan mutasi yang tidak disengaja, sebagimana dilansir dari AFP.
Kutipan dari manuskrip teraebut dirilis pada Selasa (3/12) oleh MIT Technology Review, untuk menunjukkan bagaimana ahli Biofisika Cina He Jiankui mengabaikan norma-norma etika dan ilmiah dalam menciptakan si kembar Lula dan Nana, yang kelahirannya pada akhir 2018 mengejutkan komunitas ilmiah.
He membuat klaim luas tentang terobosan medis yang dapat "mengendalikan epidemi HIV," tetapi tidak jelas apakah itu bahkan berhasil dalam tujuannya dalam mengimunisasi bayi karena tim itu sebenarnya tidak mereproduksi mutasi gen, yang memberikan perlawanan terhadap virus HIV.
Sebagian kecil orang terlahir dengan kekebalan karena mutasi pada gen yang disebut CCR5. Gen inilah yang diklaimnya sebagai sasaran dengan menggunakan alat pengeditan gen yang dikenal sebagai CRISPR. Alat ini telah merevolusi bidang genetika sejak tahun 2012 .
Ilmuwan pengeditan genom di University of California, Berkeley Fyodor Urnov mengatakan kepada MIT Technology Review bahwa klaim He dan timnya dalam mereproduksi varian CCR5 yang lazim adalah penyajian yang keliru dari data aktual dan hanya dapat dijelaskan dengan satu istilah "kedustaan yang disengaja".
"Studi ini menunjukkan bahwa tim peneliti bukannya gagal mereproduksi varian CCR5 yang umum," ujarnya.
Sementara tim peneliti menargetkan gen yang tepat, mereka tidak mereplikasi variasi "Delta 32" yang diperlukan, melainkan membuat rekayasa genetik baru yang efeknya tidak jelas.
Selain itu, CRISPR tetap menjadi alat yang tidak sempurna karena dapat menyebabkan rekayasa yang tidak diinginkan atau "di luar target", membuat penggunaannya pada manusia sangat kontroversial.
Di sini, para peneliti mengklaim bahwa mereka telah mencari efek seperti itu pada embrio tahap awal dan hanya menemukan satu. Namun, ini menutupi fakta bahwa tidak mungkin untuk melakukan pencarian komprehensif tanpa memeriksa sel-sel embrio satu per satu.
Kekhawatiran etis lebih lanjut adalah orang tua dari bayi mungkin ingin mengambil bagian karena alasan yang salah.
Ayahnya adalah HIV positif yang membawa stigma sosial signifikan di Cina dan membuatnya hampir tidak mungkin untuk memiliki akses ke perawatan kesuburan, meskipun teknik mapan yang dikenal sebagai "pencucian sperma" mencegah infeksi penularan kepada anak-anak yang belum lahir.
"Kurangnya akses mereka ke segala jenis perawatan kesuburan mungkin telah memotivasi mereka untuk mengambil bagian dalam percobaan meskipun risiko besar bagi anak-anak mereka," tutur seorang Ahli Endokrinologi Reproduksi di Shady Grove Fertility, Jeanne O'Brien mengatakan kepada Technology Review MIT.
Para penulis tampaknya telah mengambil langkah-langkah yang sulit menemukan keluarga sang bayi, seperti tidak mencantumkan nama-nama dokter kesuburan dari kertas dan menuliskan tanggal lahir yang salah (Hu mengklaim November 2018 sementara beberapa laporan telah mengindikasikan kelahiran sebenarnya terjadi pada Oktober 2018).
He berusaha untuk menyimpan manuskripnya di jurnal-jurnal bergengsi termasuk Nature dan JAMA, tetapi naskah tersebut tetap tidak dipublikasikan.