Madrid, Gatra.com - Dalam Konferensi Perubahan Iklim ke 25 (COP25), Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan dampak perubahan iklim yang merusak ekosistem dunia. Ia meminta pemimpin dunia untuk berkomitmen menanggulangi perubahan iklim.
“Bencana alam terkait iklim menjadi lebih sering, lebih mematikan, lebih merusak, dengan meningkatnya biaya manusia dan keuangan. Kekeringan di beberapa bagian dunia berkembang dengan laju yang mengkhawatirkan menghancurkan habitat manusia dan membahayakan keamanan pangan. Setiap tahun, polusi udara, terkait perubahan iklim, membunuh tujuh juta orang. Perubahan iklim telah menjadi ancaman dramatis bagi kesehatan dan keamanan manusia," ujarnya di Madrid, melalui keterangannya kepada KLHK Indonesia, Selasa (03/12).
Ia memperingatkan ancaman perubahan iklim bukan lagi ancaman jangka panjang. Namun, ini merupakan ancaman yang sudah dihadapi manusia saat ini dan menyebabkan krisis global. Arahan para peneliti untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius harus diusahakan bersama. Oleh karena itu, perilaku manusia harus diubah dalam memperlakukan alam.
“Hari ini, dunia akan memproduksi 120% lebih banyak bahan bakar fosil daripada konsisten dengan jalur 1,5 derajat. Untuk batubara, angkanya 280%. Namun, komunitas ilmiah juga memberi tahu kita bahwa peta jalan untuk tetap di bawah 1,5 derajat masih dalam jangkauan,” katanya.
Perilaku politik di sebuah negara, menurutnya sangat penting dalam mendorong keberhasilan upaya penanggulangan perubahan iklim. Saat ini, kemauan politik dirasakan masih kurang dalam memandang pentingnya upaya pengendalian perubahan iklim. Penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara dan subsidi bahan bakar fosil menunjukan kurangnya komitmen politik sebuah negara mendukung usaha global dalam pengendalian perubahan iklim.
"Untuk itu penting untuk meningkatkan ambisi iklim dan untuk mencapai tujuan penurunan suhu yang lebih ambisius dari Perjanjian Paris. Hal ini untuk mengamankan komitmen nasional yang lebih ambisius, terutama dari penghasil emisi gas rumah kaca. [Hal ini] agar segera mulai mengurangi emisi gas rumah kaca dengan kecepatan yang konsisten untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050," tandasnya.