Jakarta, Gatra.com - Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar membenarkan kegiatan pembakaran plastik sebagai bahan bakar tahu di pabrik Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur sudah berlangsung selama 20-30 tahun.
Menurutnya, hal ini disebabkan murahnya metode pembakaran plastik terbuka dibandingkan dengan pembakaran dengan tungku kayu. Bahkan, lanjutnya, saat ia mengunjungi pabrik tersebut pada 23 November lalu, 20 dari 30 pengusaha tahu di Tropodo menyadari kegiatan pembakaran plastik terbuka memang salah.
"Isu pembakaran plastik secara terbuka, jelas itu sudah melanggar. Lalu yang menarik, waktu saya berkunjung pada 23 November dan bertemu pengusaha tahu, secara nyata mereka mengatakan hal tersebut tidak tepat dan bertekad untuk berubah," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta Pusat, Selasa (3/12).
Kemudian juga, tutur Novrizal, sejak tiga tahun terakhir dan banyaknya industri kertas yang membutuhkan scrap lalu juga banyaknya plastik di dalamnya menimbulkan ruang semakin banyaknya plastik yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pabrik tahu tersebut. Sehingga saat ini, KLHK terus melakukan re-ekspor sampah tersebut untuk kembali ke negara asalnya.
"Pemerintah bergerak cepat untuk mengecek semua kontainer yang masuk ke Indonesia. Apakah ada sampah plastik yang tercampur di dalamnya sehingga tak ada lagi plastik yang digunakan sebagai bahan bakar tahu dan juga industri kertas tidak kekurangan bahan baku daur ulang," ujarnya.