Siantar, Gatra.com - Maraknya penyeberan virus hog colera di Sumatera Utara (Sumut) berdampak pada rendahnya daya konsumsi masyarakat terhadap ternak kaki empat tersebut. Peternak babi di kawasan Simalungun mulai resah, karena virus tersebut dikhawatirkan telah menyebar dan menyerang ternak warga.
Salah satu peternak babi, Lacay Purba warga Kecamatan Siantar Timur mengaku sangat khwatir ternaknya terjangkit virus hog cholera. "Saya dapat informasi beberapa ternak babi di Simalungun sudah ada yang terindikasi. Apalagi lokasinya di Kecamatan Siantar yang berbatasan langsung dengan Kota Siantar," katanya kepada Gatra.com, Selasa (3/12).
Beternak babi, kata Lacay, belakangan ini ditekuni karena bisnis ini cukup menjanjikan. Ia malah sudah berhitung, jika tidak ada penyebaran virus hog cholera maka dia akan mendapat keuntungan yang lumayan dari ternaknya berjumlah 38 ekor.
"Selama saya mulai ternak babi, tahun ini lumayan sebenarnya. Tetapi karena penyebaran virus hog cholera bisnis dari ternak babi mulai lesu belakangan. Harga jualnya juga turun drastis. Ada yang menawar hanya Rp 20.000 per kilogramnya. Padahal di penghujung tahun harganya bisa mencapai Rp 30.000," keluhnya.
Ia berharap ada penanganan serius atas kasus ini dari pemerintah setempat. Dengan demikian kerugian peternak dapat terhindarkan. "Ya berharap ada penanganan, apakah diberi vaksin atau apalah agar ternak terhindar dari virus hog cholera," ucap Lacay.
Menjawab kegelisahan peternak, Kepala Bidang Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Siantar, Rita Ellys Kartini mengatakan akan menerbitkan selebaran berisi pemberitahuan bahwa hog cholera tidak menular ke manusia.
Hal itu disampaikan karena semakin tingginya kekhawatiran dan kerugian peternak maupun penjual daging babi semenjak virus ini mewabah di beberapa tempat di Provinsi Sumut.
Wanita berkacamata ini mengakui bahwa kota Siantar cukup bergeliat dalam bisnis ternak babi. Bahkan kata dia, sektor ini cukup berkontribusi bagi perekonomian masyarakat. Oleh karenanya imbauan itu dinilai perlu diterbitkan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada peternak dan penjual daging babi di Siantar.
"Karena isu hog cholera kita tahu akhirnya berdampak pada sepinya penjualan daging babi. Sudah banyak yang mengeluh, kita ini mau membuat seperti imbauan kepada masyarakat supaya tidak takut memakan daging babi, bagi mereka yang mengkonsumsi. Karena virus itu tidak menular ke manusia, itu hanya menyerang ke ternak babi saja," ujarnya.