Jakarta, Gatra.com - Direktur Utama Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) Budi Waseso (Buwas) menargetkan 50% beras Bulog disalurkan secara komersial pada tahun 2020. Dengan demikan, perbandingan antara beras yang disalurkan melalui penugasan pemerintah (PSO) dan beras komersial sebesar 50:50.
"Dalam komersial itu bisa, tetapi karena cuma 20% (realisasi saat ini) itu masih kurang memadai. Tahun depan kita harus 50% untuk komersial, sehingga kita bisa menutupi bunga utang dan kita bisa nyicil bunga utang," ucapnya dalam konferensi pers di kantrornya, Selasa (3/11).
Untuk mencapai target tersebut, Bulog mendorong penjualan beras melalui e-commerce dan ritel modern. Selain itu, menyalurkan beras kepada berbagai instansi seperti Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
"Kalau bicara komersial saya yakin Bulog paling murah. Kita punya gudang di seleuruh indonesia. Mana perusahaan yang punya gudang beraas di Indoneesia?," ujarnya.
Buwas meyakini stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tidak akan terganggu. Alasannya, stok beras di gudang Bulog saat ini masih 2,1 juta ton.
Sebagai informasi, Bulog telah mendapat kucuran dana Rp2,5 triliun untuk melakukan penyerapan beras dari petani. Jumlahnya setara dengan 250 ribu ton beras.
Penyerapannya mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. Berbeda dengan beras komersial, Bulog menyerapnya sesuai harga pasar.
Dirut Bulog menyebut, apabila Bulog menggunakan beras yang diserap menggunakan harga pasar untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP), pemerintah akan menggatinya dengan selisih harga antara harga pembelian dengan harga penjualan yang sudah ditetapkan.
"Bulog sebagai perum negara bicara komersial perlu lagi diatur berapa persen penugasan yang wajib untuk Bulog. Kalau seperti tadi kompensasinya harus dibantu pemerintah," tutupnya.