Pati, Gatra.com - Demam pembangunan lokasi wisata lokal diduga menjadi biang situs Watu Payon yang berada di puncak Gunung Tremulus, Desa Gunungsari, Kecamtan Tlogowungu, Pati, dicat dengan warna-warna ngejreng. Aksi tersebut sempat viral di jejaring sosial dan mendapatkan tanggapan miring dari netizen.
Aktifis Pecinta Gunung Muria, Haris Rubiyanto mengatakan, telah berupaya membersihkan cat warna putih pada bagian atap dan jingga di bagian tiang situs bersejarah. Hanya saja langkah ini bukan solusi utama fenomena tersebut.
"Kami dibantu warga Desa Gunungsari, tapi ini bukan solusi akhir. Karena jika tidak disikapi serius dan menyeluruh, takutnya terulang dan menjadi sebuah fenomena masyarakat," terangnya, Senin (2/12).
Meski belum diketahui fungsi dan sejarah pasti Watu Payon, tetapi ia meminta agar Pemkab Pati segera menentukan status ini sebagai cagar budaya. Dengan begitu, warisan nenek moyang ini dapat terus terjaga keberadaannya.
"Apakah punden, makam, peninggalan kerajaan, tugu batu atau justru tutup kubur batu seperti di era zaman megalitikum. Kalau sekilas mirip seperti situs Waruga yang ada di Sulawesi Utara, Minahasa," ujarnya.
Dikatakannya, tahun 2018 lalu sempat dilakukan pendataan benda cagar budaya oleh pemkab yang kemudian diikuti oleh pembentukan tim ahli cagar budaya pada April tahun 2019, tetapi status Watu Payon hingga saat ini masih belum jelas.
"Perubahan struktur Watu Payon, tidak hanya sekali ini dilakukan oleh oknum orang tidak dikenal," ungkapnya.
Sebelumnya, ia menyebut, pada tahun 2018 lalu diduga juga ada yang sampai merusak bagian Watu Payon dengan cara dicungkil atau dipalu.
"Kami sangat berharap menjadi cagar budaya. Paling tidak muncul aturan yang mengatur sanksi kepada pelaku perusak situs bersejarah apapun bentuknya," terang Haris.