Jakarta, Gatra.com - Rokok masih menjadi permasalahan di Indonesia. Sebanyak 65 juta orang Indonesia masih tergantung pada asap tembakau. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indoensia sebagai pengonsumsi rokok terbanyak ketiga di bawah Cina dan India.
Serangkaian strategi direrapkan, namun menurut Profesor Tiki Pangestu, mantan Direktur Riset WHO, tidak memberikan gasil positif yang signifikan. Padahal seharusnya, pemerintah mulai menerapkan konsep pengurangan risiko.
Tiki, dalam konferensi pers melalui video menjelaskan pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo. Surat itu dikirimkan pada 20 November lalu. “Dalam surat itu kami meminta pemerintah terbuka terhadap konsep pengurangan risiko untuk menyelesaikan permasalah merokok di Indonesia,” ujarnya dalam konperensi pers melalui video di salah satu restoran di Cikini, Jakarta Pusat (2/12).
Tiki menyebut ada lima poin rekomendasi yang disampaikan. “Surat tersebut ditandaikan oleh lebih dari 20 pakar yang terdiri dari pemerhati kesehatan, dokter, dan pengamat kebijakan publik,” imbuh Tikki.
Ia juga melihat sekarang ini belum ada titik temu antara pemerintah, peneliti, dokter. Untuk itu, Tikki meminta pemerintah membentuk satuan tugas (Satgas). Satgas ini terdiri dari peneliti, perokok, ilmuwan, dan organisasi yang netral.
“Anggota Satgas harus ditunjuk langsung presiden, bukan kementerian atau lembaga,” kata Tiki.