Home Ekonomi Tekan Impor Gandum, MSI Usul Pengembangan 1 Juta Ha Singkong

Tekan Impor Gandum, MSI Usul Pengembangan 1 Juta Ha Singkong

Jakarta, Gatra.com - Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), Suharyo Husen mengusulkan, Kementerian Pertanian mengembangkan 1 juta hektare(ha) lahan singkong untuk industri berbasis singkong pada tahun 2020-2030. Sebesar 500 ribu ha untuk pengembangan industri tepung mocaf (modified cassava flour) dan 500 ribu ha untuk pengembangan tepung tapioka.

"Kalau bisa direalisasikan, kita bisa mengurangi impor gandum sampai 20% untuk subtitusi," ujarnya ketika ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (2/12).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor gandum mencapai 10,15 juta ton dengan nilai US$2,59 miliar pada tahun 2018. Volume tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 11,48 juta ton dengan nilai sebesar US$2,66 miliar.

Suharyo mengatakan, pengembangan singkong akan dilakukan melalui sistem klaster menggunakan bibit unggul dan pemupukan organik sesuai arahan Kementerian Pertanian. Kemudian, ia menargetkan peningkatan produktivitas dari 20 ton per hektare menjadi 60 ton per hektare.

Selanjutnya, penambahan lahan yakni lahan perhutanan sosial sebesar 12,7 juta ha. "Kami hanya minta 1 juta hektare untuk singkong. Nantinya akan dikonsentrasikan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi," ucap Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Ketahanan Pangan Kadin Indonesia tersebut.

Ia menuturkan, nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 1 juta ha sebesar Rp44,5 triliun selama 10 tahun. Pada tahun 2020 akan ada proyek percontohan pengembangan singkong sebesar 6.000 ha di Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan Barat. Adapun jumlah bibit yang dibutuhkan sebesar 10.000 batang per hektare. Varietas singkong yang akan dikembangkan adalah varietas gajah, manggu, dan daarul hidayah.

Di sisi lain, Suharyo meyakini pengembangan lahan singkong 1 juta ha yang memiliki produktivitas tinggi diharapkan mampu menekan impor tepung tapioka yang masih sebesar 500.000 ton per tahun.

Menurutnya, petani tetap bisa untung apabila menjual singkong yang produktivitasnya 60 ton per ha sebesar Rp 500/kilogram (kg). Saat ini, petani baru mendapat kan keuntungan saat menjual singkongnya sebesar Rp 1.000/kg. Hal ini berdampak pada harga tepung tapioka di pasaran sebesar Rp5.500/kg, lebih tinggi dibandingkan tapioka impor yang harganya Rp3.200/kg.

"Kalau dengan program tadi pada 2030 itu sudah bisa ekspor minimal 700.000 ton. Artinya 2020-2030 impor kita kurangi terus," ujarnya.

Ia berminat mengembangkan singkong dalam jumlah besar. "Singkong, saya prediksi akan menjadi komoditas kedua setelah sawit," katanya.

875