Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (Dirjen SDID) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof. Ali Ghufron Mukti menyebutkan, program studi (Prodi) online harus dikembangan sebagai antisipasi keberlangsungan Perguruan Tinggi di era kemajuan teknologi 4.0.
Sebelumnya, Ali Ghufron membeberkan penelitian Prof. Clayton Christensen dari Harvard. Sebanyak 4.000 perguruan tinggi di Amerika Serikat, 50 % akan bangkrut dalam beberapa dekade mendatang. Mereka menyimpulkan, pendidikan online merupakan cara yang lebih murah bagi mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan.
"Kalau di Indonesia tergantung. [Apabila] pengelola dan pemilik universitas ini bisa mengantisipasi, maka masih bisa untuk survive. Jadi antisipasinya kembangkan program online. Arahnya lebih kepada pengembangan teknologi," ujar Ali Ghufron saat ditemui di Auditorium Kemendikbud, Jakarta, Senin (2/12).
Namun, permasalahan program online masih akan ditemui. Khususnya dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli mengoperasikan teknologi tersebut. Ini menyasar pada dosen yang kebanyakan berasal dari kalangan Baby Boomers yang belum semua teliterasi kemajuan teknologi.
Ali Ghufron mengatakan, meskipun belum banyak Perguruan Tinggi yang melakukan program online, tetapi di beberapa universitas sudah bisa menjalankannya dengan baik. Dari 4.700 perguruan tinggi, yang menerapkan program online belum mencapai seratus.
"Jadi ini semua kita dorong terus. Tidak hanya mahasiswanya yang siap, tetapi dosen, universitas, dan pemilik juga harus siap. Ini semua butuh investasi juga. Secara infrastruktur belum banyak, tetapi beberapa sudah bisa mendukung program online ini," tutupnya.