Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mencanangkan gerakan ekspor tiga kali lipat (Gratiks) untuk menggenjot ekspor pertanian tiga kali lipat. Mentan memerintahkan semua jajaran di Kementerian Pertanian (Kementan) untuk membangun dan mengembangkan potensi pertanian di seluruh indonesia dengan sistem klaster.
Menurutnya, sistem ini dinilai mampu menambah daya gedor ekspor yang jauh lebih besar.
"Hari ini saya perintahkan kepada Sekjen dan jajaran di Kementan untuk memperkuat sistem klaster di 34 propinsi. Kita punya potensi ubi kayu dan tanaman obat obatan, jadi harus didukung data yang lebih kuat. Untuk itu kita juga harus melakukan koneksi dan mixing aturan program," katanya dalam pertemuan dengan para eksportir di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Jakarta, Senin (2/12).
Dalam sistem kluster tersebut pembiayaannya berasal dari anggaran pemerintah (APBN dan APBD), kredit perbankan, dan investor.
Syahrul menambahkan eksportir sebagai pionir kegiatan ekspor sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kebangkitan pertanian. Peran mereka juga diharapkan bisa membawa produk pertanian Indonesia mendunia dan diterima di pasar internasional.
"Jika tidak mampu melakukan koneksi maka itu adalah kegagalan. Yang paling penting bagi kita adalah negara dan rakyat. Toh negara sebesar Tiongkok saja butuh kita. Sekarang saatnya kita masuk dalam upaya-upaya nyata," katanya.
Ditambahkan Syahrul, Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, yang bisa dioptimalkan dengan baik melalui kemampuan bertani secara modern dan berbasis teknologi.
"Di luar negeri butuh jahe merah. Kita bisa mengekspor dengan koneksi. Atau saya memiliki koneksi tetapi saya tidak punya lahan. Jadi saya kira semua harus selaras dan mau bergerak bersama. Petani dan eksportir juga harus berjalan seimbang," ujarnya.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Soetarto Alimoeso berpendapat pembangunan kluster pertanian sebaiknya berbasis korporasi tani. Menurutnya, hal ini menjadi solusi bagi petani yang terkendala sempitnya pahan dan mahalnya biaya sewa lahan.
"Bagaimana? Melalui klasterisasi. Tiap kluster harus dibangun mixed farm. Disitulah pemerintah didorong masuk untuk KUR (Kredit Usaha Rakyat) tadi," jelasnya.
Data dari Badan Pusat Statistik, volume ekspor tanaman pangan sebesar 328.856 ton pada tahun 2018. Dari jumlah tersebut, jagung merupakan komoditas dengan volume terbesar yaitu 272.364 ton. Adapun 7 komoditas utama tanaman oangan yang didorong ekspornya adalah padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang ijo, dan kacang tanah.