Home Ekonomi Geliat Pabrik CPO Petani di Kota Pelabuhan

Geliat Pabrik CPO Petani di Kota Pelabuhan

Pekanbaru, Gatra.com - Sudah dua bulan terakhir bangunan berukuran 8x20 meter di kawasan jalan Harapan, Sukaramai, Bukit Kapur, Dumai, Riau jadi tujuan para petani sekitar mengantarkan brondolan (biji kelapa sawit).

Sebab selama itu pula, di bawah bangunan sederhana, Suparjan bersama lima orang anak buahnya mengolah berondolan (biji kelapa sawit) menjadi Crude Palm Oil (CPO).

Dalam sehari, ada tiga ton berondolan yang dibeli. Untuk ini, lelaki 53 tahun itu harus merogoh kocek Rp4,5 juta. Kalau kebetulan semua berondolan itu jenis Tenera, bisalah dapat minyak sekitar 1,5 ton.

"Tapi kalau sudah bercampur Dura, CPO yang dapat paling sekitar 1,2 ton atau 1 ton lah rata-rata. Soalnya kalau Tenera semua, rendemen yang dapat sekitar 50 persen, tapi kalau Dura, hanya sekitar 30 persen," cerita warga Kubu Babussalam ini kepada Gatra.com, Minggu (1/12).

Kalau dihitung semua pengeluaran, dalam satu kilogram CPO, untung yang didapat kata Suparjan sekitar Rp1050. "CPO itu kami jual (harga hari ini) Rp6800," terangnya.

Ini berarti, kalau dalam sehari Suparjan bisa menghasilkan 1 ton CPO, dia sudah mengantongi untung bersih Rp1.050.000. Kalau sebulan?

Bukan kali pertama Sarjana Bahasa Indonesia IKIP Medan ini menggeluti usaha CPO dari brondolan itu. Tahun lalu, bersama warga kampung Teluk Nilap Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir, dia sudah mendirikan 'pabrik' yang sama di daerah itu.

Sayang, usaha itu mandeg lantaran sulitnya transportasi membawa hasil CPO mereka ke Kota Pelabuhan, Dumai. "Dari tempat kami waktu itu ke Dumai, butuh waktu sekitar 4 jam. Sementara pembeli mau menjemput kalau produksi kami sudah 10 ton. Menunggu 10 ton, CPO sudah keburu asam, alhasil harganya akan sangat anjlok," katanya.

Gara-gara kondisi itulah makanya kemudian, Suparjan memberanikan diri eksodus ke Dumai. Sebab kalau di sana, satu ton sehari itu bisa langsung dijemput pembeli lantaran sangat dekat.

Modal duit sekitar Rp253 juta, dia membangun tempat usaha itu plus peralatan. "Alhamdulillah di sini lancar. Saya berani bikin usaha ini lantaran brondolan sering terbuang. Dengan adanya pabrik ini warga sekitar semangat. Brondolan jadi duit," katanya.

Belakangan, Suparjan tidak hanya berusaha membikin CPO, tapi sudah akan menghasilkan minyak goreng kemasan. "Mesinnya lagi dibikin di Medan. Modalnya sekitar Rp220 juta. Mesin ini bisa menghasilkan 1 ton minyak goreng sehari," katanya.

Uniknya, mesin penghasil minyak goreng tadi ternyata sudah 7 unit dihasilkan oleh Suparjan. Yang memesan mesin itu bukan pula orang lokal. Tapi ada dari Aceh, Kalimantan, Sumatera Selatan dan Lampung. "Satu daerah ada yang beli dua," katanya.

Ketua Dewan Pimpinan Unit Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kubu Babussalam ini mengaku akan terus memproduksi mesin minyak goreng itu. "Untuk kelompok tani sangat cocok. Kalau kita bisa produksi sendiri, ngapain nunggu pemerintah. Yuk kita berkreasi sendiri," pintanya.


Abdul Aziz

2020