Purbalingga, Gatra.com - Sistem pertanian minapadi yang dikembangkan oleh Petani di Desa Gembong, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah berpotensi jadi destinasi wisata minat khusus.
Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Ir Supriyadi M.Si mengatakan lantaran menerapkan pertanian sistem mina padi, sejumlah petani dari luar daerah bahkan luar pulau tertarik untuk belajar budi daya ikan dengan metode mina padi.
Beberapa yang datang ke Gembong antara lain dari Banjarmasin Kalimantan Selatan, Garut, Kuningan Jawa Barat dan Bantul Yogyakarta. Dengan penataan dan pengembangan, area minapadi Purbalingga berpotensi menjadi wisata edukasi sistem pertanian.
"Pembudidaya ikan di Gembong semakin banyak dikenal di daerah luar, kalau ini berhasil, saya berpesan, begitu adanya minapadi bisa dilanjutkan dengan pariwisata. Ini akan mengundang masyarakat untuk belajar. Bisa berkunjung ke tempat kami di Sukabumi bagaimana minapadi bisa menjadi wisata yang viral di media sosial,” katanya.
Dia mengemukakan, BBPBAT Sukabumi berkomitmen membantu seluas 35 hektare lahan untuk sistem mina padi Purbalingga. Saat ini luasan itu sudah terealisasi.
“Total bantuan yang telah kami berikan senilai Rp960 juta untuk seluas 35 hektare di wilayah Purbalingga. Untuk Desa Gembong akan dikembangkan menjadi 17 Hektare dengan total bantuan sebesar Rp470.684.000,” ujarnya.
Sementara, Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi berharap sistem mina padi di Desa Gembong terus dikembangkan. Dengan begitu, kesejahteraan petani dan pembudidaya ikan akan meningkat.
“Kalau sudah menggunakan sistem ini beras-beras yang dihasilkan akan organik, apalagi jarang Purbalingga memiliki demplot pertanian organik. Padahal beras organik memiliki nilai ekonomi yang sangat bagus,” kata bupati.
Tiwi mengungkapkan, petani di Desa Gembong Kecamatan Bojongsari menerapkan pertanian sistem mina padi. Sistem mina padi yang didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI ini berhasil meraup panen ikan sebanyak 1,2 ton ikan nila per hektare.
“Ikan bisa dipanen dalam jangka waktu dua bulan. Hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3-4 ekor per satu kilogramnya dimana nilai ekonomisnya saat ini mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Satu setengah bulan kemudian tinggal panen padi,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Purbalingga, Sediyono mengatakan, kolam budidaya ikan di Purbalingga saat ini masih cukup terbatas, yakni 110 hektare. Melalui sistem mina padi ini, diharapkan pemanfaatan lahan untuk perikanan bisa ditingkatkan.
“Sehingga kami optimis tahun 2019 ini tingkat konsumsi ikan Purbalingga akan meningkat lebih dari 20 kilogram per kapita per tahun, sesuai apa yang jadi arahan bupati,” kata Sediyono.