Nasiriya, Gatra.com - Sejak bulan lalu, Irak mulai mengalami krisis demonstrasi anti-pemerintah. Bahkan, menurut keterangan pejabat setempat, sekitar 39 orang tewas dalam aksi demonstrasi pada Jumat (29/11).
Setidaknya terdapat 25 orang korban tewas akibat penembakan yang dilakukan pasukan keamanan di bagian selatan Kota Nasiriya. Empat korban tewas lainnya berlokasi di Baghdad, dan 10 lainnya di Kota Najaf, tempat konsulat Iran dibakar.
Aksi demonstrasi ini menuntut peningkatan lapangan pekerjaan, menghentikan korupsi, serta pelayanan publik yang lebih baik. Setidaknya 350 orang telah tewas dan ribuan lainnya terluka sejak kerusuhan dimulai, demikian dilaporkan BBC.
Militer Irak mengumumkan akan membentuk penjara darurat militer untuk menangani kerusuhan ini. Komando militer mengatakan sebuah unit darurat telah dibentuk untuk menjaga keamanan dan memulihkan ketertiban.
Selain itu, pihak kemanan juga telah mengirim bala bantuan untuk mengatasi kerusuhan di Nasiriya. Sebuah kota tempat kelahiran Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi dan menjadi tempat strategis untuk melancarkan protes.
Pasukan kemanan menggunakan peluru dan gas air mata untuk membubarkan massa di dua lokasi. Tindakan ini direspon para pengunjuk rasa dengan membakar kantor polisi.
Direktur penelitian Amnesty International Timur Tengah, Lynn Maalouf, mengatakan lokasi itu lebih mirip dengan zona perang daripada disebut tempat unjuk rasa. Ia menyebut pasukan keamanan sangat mengerikan dengan melakukan tindak kekerasan terhadap para demonstran yang sebagian besar damai.