Depok, Gatra.com - Memasuki musim hujan, potensi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) diperkirakan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan pemantauan kasus DBD secara cepat dan akurat. Maka, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menciptakan aplikasi bernama Healthpoint atau disingkat HP Kader.
Tim Pengmas FKUI terdiri atas drg. Agus Sugiharto, MARS; dr. Levina Chandra Khoe, MPH; dr. Muhammad Aji Muharrom, dr. Dani Muhamad Trianto; dan Reza Haryo Yudanto. Aplikasi yang diciptakan 2 dosen serta 3 mahasiswa dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI ini mampu mengidentifikasi wilayah mana saja yang berisiko tinggi kasus DBD sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dengan maksimal.
Untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi tersebut, Tim Pengmas FKUI menggelar sosialisasi Penggunaan Aplikasi Healthpoint di Kantor Lurah Bungur, Jakarta Pusat. Acara ini terselenggara atas kerja sama antara Klinik Dokter Keluarga Kiara FKUI dengan Kelurahan Bungur yang dihadiri oleh 30 Kader Jumantik. Kader Jumatik atau Juru Pemantau Jentik merupakan relawan yang melakukan upaya pencegahan DBD dengan memberantas sarang nyamuk setiap minggu di wilayah RT masing-masing. Kader Jumantik kerap mendatangi rumah-rumah warga untuk memeriksa setiap wadah, apakah mengandung jentik nyamuk atau tidak.
Menurut siaran pers yang diterima Gatra.com (28/11), kader itu akan mencatat dan melaporkan hasil pemantauannya kepada koordinator kader yang kemudian mengirimkan rekapan laporan kepada Puskesmas. Selama ini, proses pemantauan dilakukan secara manual dengan menggunakan kertas, sehingga tidak dapat segera terlihat area mana yang berisiko terhadap DBD.
Tim Pengmas dr. Levina Chandra Khoe, MPH menuturkan, pihaknya berinisiatif menciptakan aplikasi Healthpoint yang diharapkan dapat memudahkan pencatatan data lapangan.
Aplikasi HP Kader dapat diunduh pada smartphone berbasis android dan dapat diakses dengan mudah. Para kader dapat memasukkan data jumlah wadah yang diperiksa, jumlah wadah yang mengandung jentik nyamuk, dan menyertakan bukti foto wadah yang diperiksa dengan mengunggahnya ke dalam sistem aplikasi.
"Selain itu, tiap lokasi yang didatangi oleh kader akan terekam lokasinya dalam koordinat global positioning system (GPS) sehingga petugas Puskesmas dapat mengidentifikasi area yang memiliki angka bebas jentik yang rendah dan kemudian menindaklanjutinya,” ujar Levina.
Untuk bisa memanfaatkannya, ada langkah-langkah yang diikuti. Dimulai dari login ke aplikasi tersebut, hingga memasukkan data rumah yang dikunjungi, mengunggah foto, sampai mendapatkan rekapan laporan rumah yang dikunjungi. Kader Jumantik dapat langsung mencetak laporan tersebut untuk diberikan kepada koordinator kader.
“Dengan adanya aplikasi ini, kader dapat lebih mudah dalam memasukkan data dan menghasilkan laporan; sementara dari sisi petugas Puskesmas, aplikasi ini akan memudahkan pemetaan wilayah yang berisiko terhadap DBD.” tutur Levina.