Yogyakarta, Gatra.com -Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Cholid Mahmud menyebut Markino, warga Kabupaten Gunungkidul yang ditangkap Densus 88 karena menyimpan berbagai senjata, sebagai contoh warga yang tak berpikir solutif. Menurut salah satu senator DIY ini, bahan peledak tak bisa mengubah ideologi negara.
"Apa bisa mengubah negara dengan itu? Ini contoh orang yang berpikir tidak mencari solusi. Apa mau merobohkan Monas atau mengganti negara? Itu kan tidak solutif," kata Cholid di sela acara sosialisasi MPR untuk menangkal radikalisme di kantor DPD DIY, Kota Yogyakarta, Rabu (27/11) malam.
Cholid tidak memungkiri sebagian umat Islam punya pemahaman ekstrem. Namun pandangan ekstrem ini juga ada pada agama lain.
"Bisa jadi di tengah masyarakat Islam sebagian ada yang kesalahan berpikir. Mungkin kecenderungan berpikir ekstrem. Itu bagian pekerjaan kita membawa pikiran umat Islam ke (pandangan) mainstream. Mainstream itu harus dijaga," kata senator berlatar pendakwah agama Islam ini.
Agar orang tak berpikir ekstrem seperti Markino, menurut Cholid perlu pendekatan-pendekatan lunak. "Tapi kadang juga harus dengan pendekatan hukum," katanya.
Cholid menambahkan, dasar negara RI sudah berdasarkan kesepakatan moderat dari seluruh masyarakat beragama sejak bangsa ini didirikan. "Sudah melalui kompromi nilai yang ada di masyarakat," ucapnya.
Markino, pria yang tinggal di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul ditangkap oleh Densus 88 pada Rabu (20/11) lalu. Selain senjata api rakitan dan panah, barang bukti yang disita dari rumah Markino juga berupa bahan peledak yang dirakit di dalam panci.