Home Gaya Hidup Misteri Pembunuhan Ruang Tertutup ala Film Knives Out

Misteri Pembunuhan Ruang Tertutup ala Film Knives Out

Jakarta, Gatra.com – Bagi para penggemar cerita detektif, bisa bersorak gembira karena muncul satu lagi film baru, Knives Out. Terlebih lagi ini gaya penceritaan misteri klasik, yang alih-alih dipenuhi aksi penuh adrenalin, justru menyajikan lapisan motif tersembunyi dari para tersangka. Kombinasi antara pembunuhan ruang tertutup dengan murder mystery dinner pun siap tersaji di layar lebar.

Harlan Thrombey (Christopher Plummer) adalah novelis misteri yang sangat tenar dan kaya raya. Meski sakit-sakitan, di usianya yang ke-85, dia masih aktif berkarya. Tak disangka, pagi hari usai perayaan ulang tahunnya, dia ditemukan tak bernyawa di ruang kerjanya. Salah satu pembantu, Fran (Edi Patterson) mendapati Harlan terbaring di sofa, sebuah pisau perak terjatuh dari lengannya yang terjuntai, dan darah berceceran di karpet.

Kepolisian setempat menyatakan Harlan bunuh diri. Tapi, mendadak seorang detektif Prancis, Benoit Blanc (Daniel Craig) datang dan mengklaim itu merupakan sebuah pembunuhan. Alhasil, dia meminta semua anggota keluarga Thrombey diwawancara ulang, termasuk perawat Harlan, Marta Cabrera (Ana de Armas).

Satu per satu, latar belakang para anak, menantu, dan cucu seolah memperkuat dugaan pembunuhan. Sepertinya tiap orang memiliki alasan – ada yang kuat, ada yang tak ditampilkan – cukup untuk menyingkirkan Harlan selamanya.

Ada putri sulungnya, Linda Drysdale (Jamie Lee Curtis) dan sang suami, Richard (Don Johnson) plus putra mereka, Ransom (Chris Evans). Ada pula istri dari mendiang salah satu putra Harlan yakni Joni (Toni Collette) bersama putrinya, Meg (Katherine Langford) yang kerap menggantungkan finansial mereka pada sang novelis. Ada pula si putra bungsu, Walt (Michael Shannon), istrinya Donna (Riki Lindhome), dan putra mereka Jacob (Jaeden Martell).

Masalah makin rumit ketika pengacara Alan Stevens (Frank Oz) datang membacakan surat wasiat Harlan. Ternyata seminggu sebelum kematiaannya, Harlan telah mengubah isi wasiatnya dan memutuskan menyerahkan seluruh hartanya pada orang yang tak disangka. Upaya mengungkap fakta kematian Harlan terhalang pula oleh kebakaran yang melanda laboratorium tempat dia diautopsi.

Hal yang membuat Knives Out menjadi berbeda adalah, sejak pertengahan film sudah dimunculkan adegan jelas penyebab kematian Harlan. Bandingkan dengan Murder on the Orient Express (Kenneth Branagh, 2017) misalnya. Detektif Hercule Poirot di situ baru menjabarkan detil pembunuhan menjelang adegan penutup, setelah semua wawancara dan penyelidikan usai. Di Knives Out, plot maju-mundur membuat penonton bisa melihat apa yang terjadi, jauh sebelum adegan penutup. Walau sensasi menebak pelaku tetap menjadi kegiatan menyenangkan di film ini.

Satu hal yang menarik, sutradara Knives Out, Rian Johnson memang menganalogikan karakter Daniel Craig sebagai Poirotnya Amerika. Terlepas dari fakta bahwa karakter Detektif Blanc bukan orang Amerika.

Kejutan lainnya, karakter Chris Evans. Dia sudah begitu lekat merupakan sosok sopan dan baik-baik sebagai sang Kapten Amerika. Sebaliknya, di sini dia menjadi salah satu tersangka yang memang kerap bermasalah. “Rasanya sangat menyenangkan menjadi karakter seperti ini, lepas dari tokoh pahlawan Kapten Amerika,” kata Evans tertawa dalam salah sebuah wawancara.

Knives Out juga menjadi semacam teaser sebelum kita akan kembali melihat adu akting Daniel Craig dan Ana de Armas di installment James Bond, No Time to Die (2020). Sayangnya, aksen Prancis Craig di sini nampak kurang meyakinkan. Bagi yang sudah biasa menonton film Prancis di mana para tokohnya bicara bahasa Inggris dengan aksen kental, maka nuansa itu tak jelas terdengar dari Detektif Blanc.

Kekurangan lainnya adalah karakter Donna Thrombey yang tak dieksplorasi. Padahal penampakan sosoknya yang terlihat penuh misteri, tentu akan menarik jika dimunculkan lebih banyak. Sosok Jacob pun seolah hanya tempelan saja. Sayang sekali, sebab karakter dari aktor utama film It (Andy Muschietti, 2017) itu cukup krusial karena dia tak sengaja mendengar satu pertengkaran dari ruangan Harlan.

Meski demikian, film ini tetap asyik untuk dinikmati. Mengingat nyaris tak ada aksi laga seperti di film-film Sherlock Holmes misalnya, maka dialog yang padat harus dicermati baik-baik demi menemukan kunci jawaban yang tepat. Terlebih track record sutradara Johnson yang terbilang sukses dengan Looper (2012) dan Star Wars: Episodes VIII – The Last Jedi (2017) menjadi jaminan mutu.

 

711