Home Milenial Di Banyumas, Guru Dibayar dengan Ketela dan Kelapa

Di Banyumas, Guru Dibayar dengan Ketela dan Kelapa

Banyumas, Gatra.com - MTs Pakis didirikan tujuh tahun lalu. Empat kali sudah sekolah ini meluluskan siswanya. Sekolah ini gratis lantaran khusus untuk anak-anak pinggir hutan di Cilongok, Banyumas.

Sekolah tersebut juga jauh dari jalan raya. Lokasinya berada di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Gunung Lurah, Cilongok, Banyumas. Gedung sekolah persis di tepi hutan pinus.

Sekolah didirikan dengan semangat kekeluargaan, gotong-royong, kerelawanan, dan bersandar pada alam. Berbeda dengan sekolah lain pada umumnya, MTs Pakis menerapkan sekolah berbasis agroforestry, atau sekolah alam.

Para guru, atau di MTs Pakis disebut pendamping, tak dibayar. Mereka sukarela mengajar dan mendampingi anak-anak belajar di sekolah setera SLTP ini.

“Sekolah ini memang didirikan untuk mendorong anak-anak pinggir hutan yang rata-rata berlatar keluarga tak mampu. Sekolah alam ini pun tak menarik bayaran,” kata Kepala MTs Pakis, Isrodin, beberapa waktu lalu.

Pendidikan Isrodin terbilang mumpuni. Ia berpendidikan S1 Manajemen Pendidikan IAIN Purwokerto. Tetapi, ia tak berharap lebih. Baginya, memberi kesempatan belajar ke anak pinggir hutan adalah yang utama.

Isrodin, Kepala MTs Pakis, Gunung Lurah Cilongok, Banyumas. (GATRA/Ridlo Susanto/re1)

Saat mendaftar sekolah misalnya, calon siswa baru tak perlu membayar biaya registrasi dan biaya lainnya. Orang tua anak-anak ini cukup membawa hasil bumi, seperti beras, pisang, kelapa, atau ketela. Dan para pengajar pun, menerimanya dengan gembira.

Isrodin menerangkan, MTs Pakis yang berarti Piety atau kesalehan, Achievement berarti prestasi, Knowlegde atau ilmu pengetahuan, Integrity atau integritas dan Sincerity atau keikhlasan.

Pun dengan Kepala sekolahnya, Isrodin. Ia adalah penanggungjawab operasional kegiatan sekolah, sekaligus pengajar dan kawan bagi anak-anak ini. Tiap hari, ia berkendara sejauh 15 kilometer dari tempat tinggalnya di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Banyumas.

Sering, jika cuaca tak memungkinkan, ia memilih menginap di asrama pesantren dengan 20 anak yang kini tercatat bersekolah di MTs Pakis.

“Sekaligus memang ada program untuk mengaji pesantren,” ujarnya.

Di tengah padatnya jadwal, Isrodin juga menjadi pengajar pendamping di sekolah Kader Brilian, sekolah persamaan setingkat SLTA di Desa Singasari Kecamatan Karanglewas. Itu pun, tanpa bayaran.

“Ya terus terang memang serba terbatas. Anak-anak itu berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang keluarga tidak mampu,” ujarnya.

Untuk menutup kebutuhan hidup, Isrodin bertani. Ia menanam sayur dan memelihara ikan.

322