Kudus, Gatra.com - Suara gamelan nyaring bertalu-talu bersinergi dengan tabuhan gendang, membuka tabir yang semula tertutup lekat. Di sana terlihat latar berwarna dengan kainnya yang menjuntai, terselipi plastik panjang dan kepulan asap putih yang sesekali meraung.
Pencahayaan yang cukup, memberikan suasana kehidupan dewa-dewa di nirwana membuat nanar ratusan penonton di Auditorium Universitas Muria Kudus. Berdiri dua orang dewa dengan kostum berwarna, menandakan pentas produksi ke dua Teater Gerak11 siap memanjakan mata.
Sebelum berlabuh di Kabupaten Kudus, lakon Sindhen yang berupaya menyibak potret kehidupan para pemangku kepentingan terhadap fenomena di suatu daerah ini, turut menghibur penggemar seni pertunjukkan di Semarang, Magelang dan Solo.
Kami ingin mengkritik, oknum penguasa yang biasanya hanya ingin bersihnya saja. Biasanya di suatu daerah ada orang yang memiliki kemampuan dan berprestasi langsung diambil tanpa memikirkan kompleksitas, kata Sutradara lakon Sindhen, Sutrimo Astrada, Selasa (27/11) malam.
Selepas pentas produksi kepada Gatra.com, ia juga ingin mengulik persoalan emansipasi kebablasan yang digambarkan melalui sosok Sinden yang lupa akan hakikatnya. Dan berbalik menginjak Panjang sang suami yang hanya seorang pengangguran.
Menurutnya, pentas kali ini salah satu eksperimen untuk keluar dari pakem pertunjukkan teater kebanyakan. Dengan membalut pertunjukkan bergaya Sampakan, ia meyakini para aktor lebih bisa menikmati dan mendalami peran yang dimainkannya.
Gaya sampakan, memang gaya ini teknik bermain teater itu kemasannya memang agak berbeda dengan teknik-teknik yang pada umumnya. Kita bebaskan pemain, tetapi benang merah harus dipegang. Kita agak mengesampingkan dramaturgi, ujar Sutrimo.
Kota Kudus, diakuinya, merupakan kota ke empat yang disambangi dalam pentas Roadshow Lima Kota. Pihaknya bakal membawakan lakon yang sama di Yogyakarta pada 14 Desember depan.
Antusias luar biasa per kota yang kita sambangi, tetapi lebih luar biasa di Kudus. Dan memang Kudus ini menurut saya, merupakan cerminan kota lain di dunia kesenian, khususnya dunia seni panggung, tukasnya.
Dalam pandangan yang sama, Lurah Teater Gerak 11, Mohammad Dzikrul Rohman mengaku, mempersiapkan pentas ini secara masak-masak selepas Lebaran kemarin. Pentas Roadshow lima kota ini baginya, merupakan sebagai bukti eksistensi teater yang sudah 17 tahun berdiri.
Kita melibatkan lintas angkatan 2015 hingga 2019. Untuk anggota kami sendiri ada yang dari IAIN Kudus, Stikes dan UMK Kudus. Ini merupakan pentas produksi kedua dan yang pertama pentas keliling, sebutnya.